BACA JUGA: Istighfar Terbaik, Di Setiap Desahan Napas
Integritas Islam dan Ilmu pengetahuan sangat erat kaitannya sehingga terjadi transformasi ilmu pengetahuan yang dikaitkan dengan islam, diantaranya :
- Mulailah bermunculan para ilmuwan muslim yang meneliti keadaan alam yang dihubungkan dengan ayat-ayat Al-Quran. Contoh dalam surat Ar-rad : 1, Allah berfirman “Matahari dan bulan berputar pada porisnya pada waktu tertentu”, Para peneliti mempertanyakan “yang bergerak itu bumi atau matahari/bulan?”, ilmuwan barat meyakini bumilah berputar mengelilingi matahari, hal ini bertentangan dengan ayat tesebut. Kemudian ditemukan kembali ternyata yang bergerak adalah matahari dan bulan.
- Ilmu pengetahuan harus berdasarkan aqli dan naqli. Hukum kausalitas dalam sains itu merupakan keniscayaan dan Allah merupakan prima causa yang harus ditegakkan dalam pemikiran ilmiah. Sains tidak terpisah dengan agama. Contoh penciptaan manusia, rasionalisme barat meyakini manusia dari kera, padahal Allah menciptakan manusia dari saripati tanah menjadi segumpal darah, kemudian jadi segumpal daging dan terbentuk manusia
- Agama menjadi pedoman, petunjuk yang didalamnya terdapat ilmu pengetahuan untuk digunakan dalam komunikasi di masyrakat.integrasi agama dan ilmu pengetahuan sangat erat karena kan berpengaruh terhadap etika, norma dan kemasyrakatan.
Pendidikan salah satu prosesnya adalah membebaskan pikiran untuk menerima, mencerna, dan berekspresi dengannya. Sehingga selain mendapatkan asupan pengetahuan, didapatkan pula penguatan terhadap akal pikiran. Dampaknya, akal bisa diajak berpikir mencari solusi terhadap tantangan yang lebih berat.
Namun kini kemudahan demi kemudahan melahirkan penjajahan baru terhadap kebebasan penggunaan pikiran dan nalar. Aplikasi digital terutama kecerdasan buatan begitu dominan dalam men-drive pikiran dan buah gagasan yang diberikan. Sepertinya pikiran manusia kini semakin “dimanja” dengan berjuta kemudahan yang didapatkan. Tinggal klik, tinggal ketik, maka jadilah karya dan narasi pengetahuan. Dan hasilnya, pikiran menjadi malas untuk memeras kekuatannya dalam melahirkan karya besar peradaban. Penjajahan ini berhasil melemahkan akal, melemahkan karakter berjuang, hingga menurunnya daya tahan saat menghadapi tantangan.
Saatnya kembali membebaskan pikiran untuk lebih berdaya:
- Jaga produktifitas.
- Bebaskan berinovasi dan bertumbuh.
- Kemudahan adalah perjalanan.