Banjir Bandang di Brasil Merenggut 39 Nyawa dan 70 Ribu Mengungsi

JABAR EKSPRES – Brasil Selatan diguncang oleh bencana alam yang menghancurkan, ketika banjir bandang menerjang dengan kekuatan mematikan, menelan korban jiwa dan merenggut kehidupan ribuan orang. Badai tak henti memburu, meninggalkan jejak duka yang mendalam di hati masyarakat.

Pada hari Jumat lalu, Badan Pertahanan Sipil Brasil mengonfirmasi bahwa jumlah korban tewas telah naik drastis menjadi 58 orang. Mereka juga mencatat bahwa 67 orang masih belum ditemukan, menambah kesedihan dan kegelisahan bagi keluarga yang tenggelam dalam ketidakpastian.

Dampak dari banjir ini terasa begitu besar. Nyaris 70 ribu jiwa terpaksa meninggalkan rumah mereka, mencari tempat perlindungan dari amukan air yang mematikan. Lebih dari satu juta rumah tangga terkena imbasnya, kekurangan air bersih dan terjebak dalam situasi yang tak terduga.

Banjir ini bukanlah kejadian biasa. Sejumlah faktor memperparah situasi, mulai dari curah hujan yang melimpah hingga kerusakan tanggul yang tak terelakkan. Dari awal hingga akhir pekan lalu, langit terus menangis, mencurahkan airnya tanpa henti, membanjiri tanah-tanah subur dan merampas segalanya di hadapannya.

Pada hari Kamis, kehancuran semakin meluas ketika sebagian dari bendungan di pembangkit listrik tenaga air di antara kota Bento Goncalves dan Cotipora runtuh. Kota-kota di sepanjang lembah Sungai Taquari, seperti Lajeado dan Estrela, pun tenggelam dalam kepungan air yang ganas, menyisakan puing-puing dan kenangan yang hancur.

Di tengah kekacauan itu, Kota Feliz, hanya 80 kilometer dari ibu kota negara bagian, Porto Alegre, menjadi saksi bisu dari kekuatan alam yang tak terbendung. Sungai yang meluap dengan amarahnya menyapu segala yang ada di hadapannya, menjadikan jembatan-jembatan hanyut tak berbekas.

Banjir di Brasil selatan ini tidak hanya merupakan kejadian biasa. Menurut Badan Geologi Brasil, ini adalah bencana terburuk yang melanda wilayah tersebut dalam 80 tahun terakhir. Beberapa kota bahkan mencatat ketinggian air tertinggi dalam sejarah pencatatan hampir 150 tahun yang lalu, memperlihatkan betapa dahsyatnya kekuatan alam yang tak terduga.

Presiden Brasil, Lula da Silva, tak bisa menyembunyikan kesedihannya atas musibah ini. Bersama Perdana Menteri Jepang, Fumio Kishida, mereka menyampaikan solidaritas kepada masyarakat yang terkena dampak.

Tinggalkan Balasan