”Bahkan mayoritasnya berada pada tingkat popularitas di bawah 20 persen. Ini menunjukkan bahwa Kota Cimahi masih belum banyak bermunculan tokoh-tokoh potensial untuk berkompetisi menjadi Wali Kota Cimahi mendatang,” jelasnya.
Di lain sisi, hal ini juga dapat dipandang sebagai sebuah peluang bahwa kesempatan berkompetisi bagi tokoh-tokoh baru menjadi lebih terbuka.
”Meskipun juga bakal menjadi tantangan bagi Ngatiyana untuk mempertahankan dan memperkuat posisinya lantaran popularitas dan potensi elektabilitasnya jauh di atas tokoh-tokoh lainnya,” imbuhnya.
Kemudian, isu bersih dari korupsi turut menjadi perhatian dari masyarakat. Adi mengatakan, mayoritas responden dari hasil surveinya mengharapkan agar Wali Kota Cimahi mendatang memiliki karakteristik jujur, bersih, dan dapat dipercaya sebesar 68 persen.
”Dengan demikian, harapan terhadap wali kota yang bersih dari korupsi menjadi isu penting yang harus menjadi komitmen para calon wali kota untuk mewujudkannya,” ungkapnya.
Menurutnya, Kota Cimahi juga perlu memiliki kombinasi pemimpin dari generasi tua dan muda.
”Dari tokoh-tokoh yang kami sebutkan, sebagian di antaranya misalnya Enang Syahri L, Ngatiyana adalah tokoh senior, sedangkan sebagian tokoh lainnya adalah kalangan muda,” ujaarnya.
Adi menilai, pemimpin generasi tua ini yang nantinya akan lebih arif bijaksana, sedangkan kalangan muda diharapkan dapat menggerakkan kota dengan kreativitas dan inovasi.
”Kombinasi ini dianggap ideal untuk saat ini dan dapat diterima publik lantaran telah dicontohkan pada Pilpres 2024 lalu dimana kombinasi kalangan tua Prabowo Subianto dan kalangan muda Gibran Rakabuming Raka berhasil memenangkan kontestasi,” tandasnya. (ziz)