JABAR EKSPRES – Akankah Ukraina bernegosiasi untuk meminta perdamaian ke Rusia, di saat negaranya memang membutuhkan perdamaian.
Presiden Belarus Alexander Lukashenko mengungkapkan pada Kamis (25/4) bahwa situasi terkini di Ukraina membuka peluang untuk mencapai kesepakatan perdamaian.
Namun, Lukashenko menegaskan bahwa jika Kiev enggan untuk berunding, risiko kehilangan kedaulatan negara tersebut akan meningkat.
Dalam pidatonya di Kongres All-Belarusian di Minsk, Lukashenko menyatakan bahwa saat ini merupakan waktu yang tepat untuk memulai dialog, mengingat kedua belah pihak, baik Rusia maupun Ukraina, tidak bisa mencapai keunggulan militer. Menurutnya, kondisi seperti ini sangatlah ideal untuk memulai perundingan.
“Ukraina membutuhkan perdamaian saat ini, buktinya, banyak warga Ukraina yang ingin keluar dari negaranya,” kata Presiden Belarus, sebagaimana mengutip dari ANTARA.
Lukashenko juga menyoroti kesulitan dalam bantuan militer yang diberikan oleh negara-negara Barat kepada Ukraina.
Dia menekankan bahwa Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, perlu menyadari kebutuhan akan perdamaian.
BACA JUGA: AS Diam-Diam Mengirimkan Rudal ATACMS Untuk Ukraina Menyerang Rusia
Dia menegaskan bahwa jika tidak ada perundingan sekarang, Ukraina berisiko kehilangan kedaulatannya seiring berjalannya waktu.
Lukashenko menyatakan bahwa Ukraina membutuhkan perdamaian saat ini, dan semua pihak harus bergerak menuju tujuan tersebut.
“Jika kita tidak bernegosiasi sekarang, Ukraina akan kehilangan status kenegaraannya seiring waktu dan mungkin tidak ada lagi. Ukraina membutuhkan perdamaian saat ini, kita harus bergerak menuju perdamaian,” tegas Presiden Alexander.
Sementara itu, Lukashenko menyebut kesepakatan Istanbul tahun 2022 sebagai titik awal untuk perundingan, namun dia menekankan bahwa hal itu tidak harus menjadi dasar utama.
Dia juga menilai bahwa “formula perdamaian” yang diusulkan oleh Zelenskyy tampaknya patriotik namun tidak realistis.
Lukashenko menambahkan bahwa Rusia tidak akan pernah menerima ultimatum untuk membayar ganti rugi, mengembalikan batas-batas tahun 1991, atau mengadili para pemimpin militernya.
BACA JUGA: Diduga Jadi Mata-Mata untuk Tiongkok, Ajudan Politisi Sayap Kanan Jerman Ditangkap
Meskipun Rusia dan Ukraina telah mengadakan serangkaian pembicaraan damai di Turki pada Maret 2022, serta sepakat untuk merancang perjanjian perdamaian di masa depan, Kiev kemudian mengubah posisinya dan menarik diri dari perundingan.