JABAR EKSPRES – Polisi Jerman telah menangkap seorang asisten Anggota Parlemen Eropa sayap kanan, karena dicurigai menjadi mata-mata untuk Tiongkok.
Jaksa mengumumkan pada hari Selasa bahwa Jian G diyakini telah berulang kali menyampaikan informasi tentang cara kerja Parlemen Eropa kepada Kementerian Keamanan Negara Tiongkok (MSS).
Penangkapan tersebut memicu peringatan di Eropa bahwa demokrasi berada di bawah ancaman menjelang pemilu Uni Eropa pada bulan Juni, sekaligus memicu kemarahan di Beijing.
Pihak berwenang Jerman tidak merinci politisi mana yang memperkerjakan pria yang ditangkap tersebut. Namun media memberitakan bahwa warga negara Jerman tersebut merupakan ajudan Maximilian Krah.
MEP adalah kandidat utama dari partai sayap kanan alternatif untuk Jerman (AfD) untuk pemilihan Perlemen Eropa mendatang.
Jian G ditangkap di Dresden pada Senin malam dan apartemennya digeledah, kata jaksa. Selain melaporkan negosiasi dan keputusan Parlemen Eropa pada bulan Januari, ia juga diduga memata-matai tokoh oposisi Tiongkok di Jerman.
BACA JUGA: Jadwal Bioskop Trans TV Malam ini 24 April 2024, Ada Film Mile 22
Menteri Dalam Negeri Berlin Nancy Faeser mengatakan tuduhan mata-mata itu sangat serius.
“Jika dipastikan ada kegiatan mata-mata untuk intelijen Tiongkok dari dalam Perlemen Eropa, maka itu merupakan serangan dari dalam terhadap demokrasi Eropa,” kata Nancy.
“Siapapun yang memperkerjakan anggota staf seperti itu juga memikul tanggung jawab. Kasus ini harus diselesaikan secara tepat. Semua koneksi dan latar belakang harusnya terus mengawal,” katanya melanjutkan.
Laporan-laporan media mengaitkan Krah dengan skema Rusia untuk memengaruhi pemungutan suara yang diungkap oleh intelijen Ceko awal bulan ini.
Dia juga diinterogasi oleh FBI pada bulan Januari atas dugaan menerima uang dari agen Kremlin.
AfD mengatakan dalam pernyataan singkatnya bahwa penangkapan itu cukup meresahkan.
Kementerian Luar Negeri Tiongkok menolak laporan penangkapan tersebut, dan menuduh pihak-pihak yang tidak disebutkan namanya melakukan upaya untuk mencoreng nama baik Beijing dan merusak hubungan bilateral.
“Tujuan dari hype semacam ini sangat jelas adalah untuk mencoreng dan menindas Tionhkok serta menghancurkan suasana kerja sama antara Tiongkok dan Eropa,” kata seorang juru bicara.