JABAR EKSPRES – Pj Wali Kota Cimahi, Dicky Saromi mengungkapkan, Tempat Pemrosesan Sampah (TPS) Sentiong mampu mengolah hingga 50 ton sampah setiap harinya.
Pada awalnya, produksi akan dimulai dengan 30 ton per hari dan kemudian ditingkatkan menjadi 50 ton per hari setelah mesin dan pekerja mencapai kinerja optimal.
“Hal ini disebabkan oleh penyesuaian kerja mesin dan kurva belajar para pekerja,” jelasnya pada awak media baru-baru ini.
Dicky berpendapat, jika TPST Sentiong mencapai kapasitas maksimalnya dengan menyerap 50 ton sampah per hari, hal ini akan secara signifikan mengurangi jumlah sampah di Cimahi yang mencapai 226 ton per hari.
BACA JUGA: Daftar Lengkap Harga Tiket Konser Sheila On 7 ‘Tunggu Aku Di Bandung’
Selain itu, ia juga akan mempertimbangkan pemanfaatan hasil RDF untuk beberapa industri di Kota Cimahi agar kapasitas dan penggunaan hasil pengolahan menjadi seimbang.
“Kami baru mengirimkan 16 ton ke Indocement. Selanjutnya, kami akan berupaya agar RDF juga dapat digunakan di industri di Cimahi,” katanya dengan tegas.
Diketahui, pembangunan TPST Sentiong adalah bagian dari infrastruktur pengolahan sampah di Kota/Kabupaten DAS Citarum dalam rangka program Improvement of Solid Waste Management to Support Regional and Metropolitan Cities Project (ISWMP) yang didanai melalui pinjaman dari pemerintah pusat kepada Bank Dunia dengan total proyek sebesar Rp30 miliar.
Kehadiran Refuse Derived Fuel (RDF) atau pelet sampah sebagai bahan energi untuk industri semen yang diproduksi oleh Tempat Pengolahan Sampah (TPS) Sentiong di Kelurahan Cipageran, Kecamatan Cimahi Utara, Kota Cimahi diharapkan dapat memberikan solusi terhadap isu-isu terkait konservasi sumber daya alam, reduksi emisi gas rumah kaca, pengurangan polusi udara, serta menyediakan alternatif energi non-fosil.
BACA JUGA: Catatan Evaluasi Layanan Transportasi Indonesia
Pj Gubernur Jawa Barat Bey Machmudin menyatakan, kehadiran RDF bukan hanya tentang pengurangan volume sampah di Cimahi atau mengurangi beban TPA Sarimukti yang mengalami over kapasitas.
“Namun juga menyentuh isu konservasi sumber daya alam, reduksi emisi gas rumah kaca, pengurangan polusi, dan jadi energi alternatif pengganti fosil,” kata Pj Gubernur Jawa Barat Bey Machmudin di Cimahi, Senin (22/4) kemarin.