JABAR EKSPRES – Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden, telah mengumumkan bahwa seorang astronot Jepang akan menjadi bagian dari misi Artemis NASA yang akan datang, menandai langkah bersejarah sebagai orang non-Amerika pertama yang menginjakkan kaki di bulan. Pengumuman ini diungkapkan dalam konferensi pers bersama Perdana Menteri Jepang, Fumio Kishida, di Washington pada hari Kamis (11/4).
Menurut laporan dari AFP, Jepang merupakan salah satu negara yang beruntung dipilih untuk bekerja sama dalam menjelajahi bulan, sebuah cita-cita yang dibagikan oleh banyak negara di dunia. Keputusan ini juga disampaikan sebagai bagian dari kunjungan kenegaraan Perdana Menteri Kishida ke ibu kota AS.
“Dua astronot Jepang akan bergabung dengan misi Amerika di masa depan, dan salah satunya akan menjadi orang non-Amerika pertama yang mendarat di Bulan,” ungkap Biden dalam konferensi pers tersebut.
Dalam kesempatan yang sama, Perdana Menteri Kishida menyambut baik keputusan ini sebagai pencapaian besar, dan berjanji bahwa Jepang akan memberikan kontribusi dengan menyediakan kendaraan penjelajah untuk mendukung program tersebut.
Baca Juga: Link Ujian Kepekaan Google Form DISINI Gratis Tes Seberapa Peka Kamu
Program Artemis NASA bertujuan untuk membawa manusia kembali ke bulan untuk pertama kalinya dalam lebih dari 50 tahun, sebagai persiapan potensial misi ke Mars di masa depan. Sebelumnya, program Apollo AS pada tahun 1969 dan 1972 telah melihat 12 astronot Amerika berjalan di permukaan bulan.
NASA telah menegaskan bahwa program Artemis akan menjadi momentum bagi wanita pertama dan orang kulit berwarna pertama untuk mendarat di bulan. Kepala NASA, Bill Nelson, menyatakan dalam sebuah video yang dipublikasikan di media sosial, “Amerika tidak akan lagi menjelajahi bulan sendirian. Diplomasi mendukung penemuan, dan penemuan mendukung diplomasi.”
Misi Artemis 3, yang akan membawa astronot ke permukaan bulan, direncanakan akan diluncurkan pada tahun 2026. Sementara itu, China juga telah menyatakan ambisinya untuk mendaratkan manusia di bulan pada tahun 2030, menggarisbawahi persaingan global dalam eksplorasi luar angkasa.