JABAR EKSPRES – 15 rumah di Desa Nyalindung, Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat (KBB) rusak berat setelah diterjang banjir bandang, pada Rabu (27/3/2024) dini hari.
Selain merusak 15 rumah, banjir bandang pun merusak akses antar kampung yakni 1 jembatan putus, dan 2 jembatan lainnya rusak parah.
Sekretaris Desa Nyalindung, Asep Hidayat mengatakan, peristiwa banjir bandang terjadi sekira pukul 02.00 WIB setelah kawasan itu diguyur hujan dengan intensitas tinggi.
“Hujan kurang lebih satu setengah jam tanpa henti mengakibatkan banjir bandang,” kata Asep saat dikonfirmasi, Rabu (27/3/2024).
Menurutnya, banjir bandang terjadi akibat dari luapan sungai Cimeta. Selain air bah, banjir disertai lumpur pun merendam pemukiman warga dengan ketinggian air 40 hingga 70 centineter.
BACA JUGA: Kasus Kekerasan Tinggi, Jabar Jadi Sarang Predator Anak dan Perempuan
“Pemukiman terdampak ada tiga RW, diantaranya RW 13, 03, dan RW 14. Air tiba-tiba masuk ke pemukiman saat warga sedang menyiapkan makanan untuk sahur,” katanya.
Dalam peristiwa ini, kantor desa Nyalindung telah memetakan kerusakan dampak banjir. Mulai dari pemukiman warga, fasilitas umum jembatan, hingga satu sekolah SDN Nyalindung.
“Total ada 15 rumah yang terdampak, tersebar di 3 RW. Rata-rata tembok jebol akibat air dan membawa sampah serta lumpur,” jelasnya.
Dari hasil assesment sementara, imbas banjir sebanyak 30 kelapa keluarga (KK) terpaksa mengungsi ke rumah kerabat.
Mayoritas rumah yang hancur lanjut Asep merupakan hunian yang berdiri tak jauh dekat dengan sungai Cimeta. Adapun jembatan terputus karena tergerus arus sungai terletak di Kampung Guha Mulaya RT 02 RW 14.
“Imbas jembatan terputus warga harus memutar jalan sekitar 3 kilometer. Selain satu jembatan putus, dua jebatan lain di Kampung Cibarengkok RW 13 dan Kampung Tonjong RW 02 rusak berat, pondasinya tergerus, tapi masih bisa dilewati cuma sangat rawan,” tambahnya.
Asep menerangkan banjir bandang sungai Cimeta memang langganan terjadi tiap 5 tahun sekali. Jika membandingkan dengan tahun sebelumnya, banjir kali dianggap paling parah karena debit air lebih besar dan dampaknya meluas.
“Memang langganan tiap 5 tahun, tapi yang sekarang paling besar. Karena kena juga ke rumah-rumah warga yang posisinya di atas,” bebernya.