BANDUNG, JABAR EKSPRES – Pakar Transportasi Institut Teknologi Bandung (ITB), Dr. Aine Kusumawati menilai, pembangunan Bandung Intra Urban Tol Road (BIUTR) tak akan memecah permasalahan kemacetan di Kota Bandung.
Menurutnya, pembangunan BIUTR hanya mengatasi sebagian kecil dari akar masalah yang ada. Karena dari segi efektifitas, perpindahan kendaraan menggunakan tol dalam kota tersebut dinilai bakal sedikit akibat keterbatasan akses.
Selain itu, lalu lintas daerah-daerah yang dihubungkan oleh jalan tol tersebut bakal menimbulkan masalah. Dampaknya, kemacetan akan terjadi kembali akibat kondisi eksisting jalan Kota Bandung yang tak sanggup menampung beban kendaraan.
“Jalan tol (dalam kota) tersebut tidak akan menyelesaikan masalah (kemacetan),” katanya dilihat Jabar Ekspres, Rabu (27/3).
BACA JUGA: Masuk Tahap Ground Breaking, Pembangunan BIUTR Kembali Terancam Tertunda?
“Saat jalan tol sudah jadi, bukan berarti dia akan menyelesaikan masalah, karena yang berpindah mungkin tidak akan banyak,” lanjutnya.
Di lain sisi, pembangunan BIUTR bakal berdampak pada kecenderungan masyarakat berpindah menggunakan kendaraan roda empat. Imbasnya, kondisi jalan di Kota Bandung semakin tak sanggup menampung jumlah kendaraan.
“Bayangkan nanti ada lalu lintas yang di-generated oleh jalan tol. Mungkin yang tadinya masyarakat gak kepikiran pake mobil, malah jadi menggunakan mobil,” ungkapnya.
Maka dari itu, dirinya menilai, pembangunan BIUTR tak akan mampu mengurai kemacetan di tengah kepemilikan kendaraan di Bandung yang semakin bertambah.
“Dengan dibangunnya tol pun, kemungkinan masyarakat menggunakan kendaraan pribadi akan semakin meningkat,” bebernya.
BACA JUGA: Penguraian Kemacetan di Kota Bandung jadi Urgensi, Tepatkah Pembangunan BIUTR?
Menurutnya, solusi konkrit dalam mengurai kemacetan di Kota Bandung, yakni perbaikan dalam segi angkutan massal. Diakuinya, memang terdapat kendala bagi sang pemangku kepentingan guna merealisasikan hal tersebut.
Hal ini berkenaan dengan kondisi jalan Kota Bandung yang relatif kecil. Penyempurnaan transportasi publik seperti angkutan kota dan Trans Metro Bandung (TMB) pun tak dinilai tak efektif. Hal ini imbas dari kondisi lalu lintas yang padat.
Oleh karena itu, menurutnya, perlu angkutan massal yang memiliki jalur sendiri, yakni elevated (dibangun di atas permukaan tanah). Realisasinya berupa transportasi Light Trail Transit (LRT).