JABAR EKSPRES – Gerakan Pangan Murah (GPM)kembali diselenggarakan Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (Dispangtan) di lapang DPRD Cimahi pada hari, Selasa 19 Maret 2024.
Antusiasme tinggi masyarakat memadati area memanjang hingga parkiran belakang gedung tersebut. Hal ini, menunjukan, masih banyak yang membutuhkan kebutuhan pokok dengan harga murah.
Sistem pembelian beras SPHP 5 kg sebanyak 10 ton disediakan dengan harga Rp53. 000, warga rela mengantre untuk membayarnya, lalu mendapatkan kupon, serta di berikan cap pada jarinya untuk tidak dua kali pengambilan beras karena beras yang terbatas, lalu warga dapat mengambil beras.
Kusmiyati (58), seorang warga Cipageran, mengaku ergabung dengan Gerakan Pemuda Memasak (GPM) usai melambungnya harga beras.
BACA JUGA: DLH Cimahi Klaim Volume Sampah Menurun Selama Ramadan
“Program GPM membantu bagi kami selaku masyarakat kalangan ekonomi kebawah,” ucapnya saat ditemui Jabar Ekspres di lapang DPRD Kota Cimahi dalam kegiatan GPM.
Sama halnya dengan, Ibu Rohim (62 tahun) menyampaikan pendapatnya terkait harga beras di GPM. Ia menyebut, harga beras di tempat tersebut tidak terlalu mahal maupun terlalu murah. Menurutnya, ia sudah mengikuti dua kali GPM di DPRD. Ia mengamati bahwa harga beras di warung-warung jenis pandan wangi telah mengalami kenaikan dari Rp. 14.000 menjadi Rp. 16.000.
“Harga beras di warung-warung jenis pandan wangi sekarang naik. Dulu harganya sekitar Rp. 14.000, sekarang sudah mencapai Rp. 16.000,” paparnya.
Sebagai seorang ibu rumah tangga, Ibu Rohim mengungkapkan, ia hanya memasak setengah liter beras per hari, yang cukup untuk kebutuhan dua orang dalam waktu tiga hari.
“Saya paling masak setengah liter beras 1 kg bisa sampai 3 hari karena di rumah hanya berdua,” ungkap Ibu Rohim.
Namun, ia berharap untuk stabilisasi harga beras serta kemungkinan pemberian pupuk secara gratis mengingat biaya pupuk mutiara yang mahal, mencapai Rp. 25.000 per kilogram, dan kebutuhan untuk kebun cengkeh.
“Harapan untuk bisa mengstabilkan harga, pupuk juga bisa di gratiskan karena kita punya kebun cengkeh pupuk mutiara mahal Rp . 25.000 per kilo,” harap Ibu Rohim.
Berbeda dengan pendapat Ibu Tini (41), ia menyatakan keprihatinannya terhadap efektivitas penyampaian informasi GPM kepada masyarakat, mengingat sebagian warga masih belum memiliki akses ponsel atau media sosial.