JABAR EKSPRES – Perkara penting yang harus ditekadkan ketika SHAUM yaitu Sucikan HAti dari lintasan-lintasan bisikan dan Urusan-urusan yang dapat Merusak bahkan menghilangkan pahalanya. Salah satunya adalah DENDAM.
DENDAM didefinisikan tindakan balas dendam adalah melakukan tindakan berbahaya terhadap seseorang atau kelompok sebagai tanggapan atas suatu penderitaan yang ditimbulkan, baik itu nyata atau hanya berdasarkan persepsi pribadi.
DENDAM biasanya lahir dari adanya rasa DENgki Dan AMarah.
Baca juga : Ramadhan Dari hari ke Hari, TUJUH, SHAUM : Ajarkan Tahan UJi dan Urgensinya dalam HIDUP
Secara hukum syari’at, DENDAM tidak akan membatalkan puasa secara langsung tapi akan merusak bahkan menghilangkan pahala shaum sehingga tidak ada yang tersisa nilai dari shaum kecuali hanya lapar dan dahaga saja.
Ingat sabda Rosuululloh Muhammad SAW,
رُبَّ صَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ صِيَامِهِ الجُوْعُ وَالعَطَشُ
“Betapa banyak orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan dari puasanya tersebut kecuali rasa lapar dan dahaga.”
(HR. Ath Thobroniy dalam Al Kabir dan sanadnya tidak mengapa. Syaikh Al Albani dalam Shohih At Targib wa At Tarhib no. 1084 mengatakan bahwa hadits ini shohih ligoirihi –yaitu shohih dilihat dari jalur lainnya).
Nah, DENDAM atau DENgki Dan AMarah ini akan menjadi perusak amal yang sangat dahsyat kalau dibiarkan.
Terkait DENgki atau hasad yang indikasi sekurang-kurangnya adalah :
– merasa senang dengan penderitaan yang dialami oleh orang lain terutama sesama Muslim
– merasa tidak senang dengan kebahagiaan yang dialami oleh orang lain terutama sesama Muslim
– menginginkan kebahagiaan orang lain berpindah kepada dirinya dan penderitaan berbalik dialami oleh orang yang dimaksud.
Rosuululloh Muhammad SAW mengingatkan,
إِيَّاكُمْ وَالْحَسَدَ فَإِنَّ الْحَسَدَ يَأْكُلُ الْحَسَنَاتِ كَمَا تَأْكُلُ النَّارُ الْحَطَبَ أَوْ قَالَ الْعُشْبَ
“Jauhilah hasad (dengki), kerana hasad dapat memakan kebaikan seperti api memakan kayu bakar.”
(HR Abu Dawwud dari Abu Huroiroh).
Sedangkan tentang AMarah, Alloh SWT berfirman,
وَمَآ أُبَرِّئُ نَفْسِىٓ ۚ إِنَّ ٱلنَّفْسَ لَأَمَّارَةٌۢ بِٱلسُّوٓءِ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّىٓ ۚ إِنَّ رَبِّى غَفُورٌ رَّحِيمٌ
” Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” ( Q.S. Yusuf : 53 )
Baca juga : Ramadhan Dari Hari ke Hari, ENAM, Ego dan NAfsu MUTHMA’INNAHkan!