JABAR EKSPRES – PT Albasi Priangan Lestari (PT APL), perusahaan pengolahan kayu terbesar di Kota Banjar, kini terperangkap dalam kemelut yang mengancam kelangsungan hidupnya.
Dari sekian ribu buruh yang dulunya menghuni lantai produksi, kini hanya tersisa segelintir saja. Alasan di balik kehancuran ini tak lain adalah dampak pandemi Covid-19 yang telah mengeringkan pasokan order, memaksa perusahaan untuk berhenti beroperasi normal sejak awal tahun ini.
Sekilas tentang perjalanan PT APL, dulunya menjadi penyerap tenaga kerja besar dengan ribuan karyawan aktif.
Namun, dalam beberapa tahun terakhir, jumlah ini merosot drastis menjadi hanya sekitar 200 orang pada rentang 2022-2023. Bahkan, kompensasi telah diberikan kepada yang terkena dampak.
Pemerintah setempat juga turut bersimpati dengan nasib PT APL, mengingat peran pentingnya sebagai pilar ekonomi Kota Banjar.
Namun, bukan hanya perusahaan yang terkena dampak, ribuan buruh yang terpaksa di-PHK juga turut merasakan getirnya situasi ini.
Dengan belum jelasnya nasib PT APL yang didirikan sejak tahun 2000 ini, pertanyaan pun mengemuka apakah perusahaan akan mengalami kebangkrutan atau berhasil bangkit kembali. Belum ada kabar terbaru mengenai manajemen atau kemungkinan penjualan saham.
Menanggapi kondisi ini, Somantri, dari bagian Personalia PT Albasi Priangan Lestari, menjelaskan bahwa kendala terbesar yang dihadapi perusahaan adalah permintaan ekspor yang rendah serta harga yang tidak menguntungkan. Kebijakan sulit pun diambil untuk menghentikan produksi dan ekspor dalam upaya bertahan.
Kendati demikian, perusahaan masih berjuang untuk bertahan dan berharap bisa bangkit di masa depan. Dengan kondisi pasar yang tidak pasti dan tantangan yang dihadapi, masa depan PT APL masih dipertanyakan, namun semangat untuk bertahan tetap ada.