JABAR EKSPRES – Dalam sebuah studi, peneliti telah memetakan lanskap psikologis yang mempengaruhi kerentanan manusia terhadap teori konspirasi. Menganalisis data dari 170 penelitian, mereka menemukan bahwa keyakinan terhadap teori konspirasi dipengaruhi oleh ciri-ciri kepribadian dan kebutuhan motivasi yang lebih dalam, seperti keinginan akan kepastian atau perasaan disalahpahami oleh masyarakat.
Temuan ini telah dipublikasikan dalam jurnal ilmiah Psychological Bulletin.
Teori konspirasi adalah aspek budaya yang menarik dan kompleks, sering kali didefinisikan sebagai keyakinan atau penjelasan yang mengaitkan penyebab peristiwa penting dengan plot rahasia yang diatur oleh kelompok berkuasa.
Teori konspirasi berkembang karena kurangnya bukti pasti dan lebih mengandalkan rincian yang sugestif atau ambigu.
Studi ini menyoroti bahwa keyakinan terhadap teori konspirasi seringkali muncul sebagai respons terhadap peristiwa sosial signifikan dan dapat memberikan penjelasan alternatif yang menantang pemahaman arus utama.
Meskipun beberapa teori terbukti memiliki dasar kenyataan, sebagian besar dianggap tidak masuk akal dan tidak didukung oleh bukti empiris.
Baca juga: Bahaya Tersembunyi Populisme yang Bisa Ditunggangi Pemimpin Psikopat
Saat ini pemahaman tentang psikologi di balik keyakinan ini menjadi semakin penting. Penelitian sebelumnya telah mengeksplorasi berbagai aspek fenomena ini, tetapi pemahaman komprehensif tentang bagaimana faktor-faktor ini saling mempengaruhi masih kurang.
Studi ini dilakukan melalui meta-analisis, menggabungkan data dari berbagai penelitian untuk mengekstraksi wawasan yang lebih luas.
Peneliti memulai dengan pencarian literatur yang ekstensif dan kemudian mengkodekan variabel-variabel motivasi dan kepribadian dari studi yang memenuhi syarat.
Hasilnya mendukung model motivasi tripartit dari ide konspirasi, yang menyatakan bahwa pemikiran konspirasi didorong oleh kebutuhan untuk memahami lingkungan, merasa aman, dan menjaga citra diri dan kelompoknya. Kurangnya pemikiran analitis, perasaan tidak berdaya, dan persepsi negatif terhadap masyarakat terkait erat dengan keyakinan konspirasi.
Studi ini juga menemukan hubungan antara ciri-ciri kepribadian tertentu, seperti skizotipe dan paranoia, dengan keyakinan konspirasi. Namun, ciri-ciri dalam kisaran normal seperti yang ditangkap oleh model Lima Besar menunjukkan korelasi yang lebih kecil dengan ide konspirasi.
Ditemukan bahwa kerendahan hati, baik secara umum maupun intelektual, berhubungan negatif dengan ide konspirasi, menunjukkan bahwa kurangnya kerendahan hati merupakan penanda pemikiran konspirasi.