JABAR EKSPRES – Sebuah penelitian baru yang diterbitkan dalam jurnal Electoral Studies mengungkapkan hubungan menarik antara ciri-ciri psikopat dan dukungan terhadap sikap populis di Eropa. Dalam studi ini, para peneliti meneliti bagaimana ciri-ciri gelap dalam kepribadian, dikenal sebagai Dark Triad, berinteraksi dengan keyakinan populis di negara-negara Eropa.
Populisme, sebuah pendekatan politik yang menekankan perjuangan masyarakat umum melawan elit yang dianggap korup atau tidak memperhatikan kebutuhan mereka, menjadi fokus utama dalam penelitian ini.
Populisme membagi masyarakat menjadi dua kelompok antagonis: masyarakat murni dan elit korup. Sudah menjadi kekuatan di belakang berbagai gerakan politik, termasuk di Eropa.
Dark Triad mencakup tiga ciri kepribadian negatif: Machiavellianisme, narsisme, dan psikopati. Meskipun ciri-ciri ini dianggap tidak menyenangkan secara sosial, namun masih dalam kisaran normal kepribadian manusia.
Peneliti, Nathalie Hofstetter dan Maximilian Filsinger dari Universitas Bern, bertujuan untuk memahami landasan psikologis populisme lebih baik, dengan menyoroti peran Dark Triad dalam pengembangan sikap populis.
Mereka menemukan bahwa psikopati muncul sebagai prediktor sikap populis yang paling konsisten di antara ciri-ciri Dark Triad.
Baca juga: Pilihan Karier Berbasis Gender: Peran Evolusi dan Preferensi Pekerjaan dalam Pembagian Kerja
Studi ini melibatkan lebih dari 6.000 orang di enam negara Eropa, yaitu Jerman, Prancis, Italia, Swiss, Spanyol, dan Inggris. Melalui survei ini, para peneliti mengevaluasi skor Dark Triad menggunakan skala Short Dark Triad (SD3) yang telah diadaptasi, serta ciri-ciri kepribadian Lima Besar menggunakan Ten-Item Personality Inventory (TIPI).
Hasilnya menunjukkan bahwa individu dengan skor tinggi dalam psikopati cenderung memiliki sikap populis yang lebih kuat, terutama dalam pandangan Manichean yang membagi masyarakat menjadi baik dan jahat. Namun, menariknya, mereka kurang condong ke arah sentrisme.
Meskipun begitu, Machiavellianisme juga menunjukkan hubungan yang patut diperhatikan dengan sikap populis, meskipun tidak sistematis di semua negara yang diteliti. Hubungan ini menunjukkan bahwa perilaku manipulatif dan egois bisa menjadi faktor yang memengaruhi dukungan terhadap populisme.
Berbeda dengan ekspektasi, narsisme tidak menunjukkan hubungan yang signifikan dengan sikap populis. Temuan ini menyoroti kompleksitas landasan psikologis populisme, menegaskan bahwa daya tarik populisme tidak hanya didasarkan pada narsisme semata.