JABAR EKSPRES – Women From Rote Island, sebuah karya sineas Jeremias Nyangoen, telah meramaikan layar bioskop Indonesia sejak 22 Februari 2024 setelah meraih penghargaan di Festival Film Indonesia (FFI) pada tahun sebelumnya.
Film ini mengisahkan perjalanan Martha (diperankan oleh Irma Rihi), seorang perempuan yang pulang ke Rote, NTT, setelah menjadi TKW di Malaysia.
Baca juga : Sinopsis Film Pemandi Jenazah: Teror Masa Lalu yang Menghantui
Namun, pulangnya Martha tidak membawa hanya kenangan, melainkan juga beban trauma akibat kekerasan seksual yang dialaminya di negeri orang.
Dilihat dari judul dan premis utamanya, Women From Rote Island tampak mengangkat tema feminisme, terutama mengenai kekerasan seksual yang masih menjadi permasalahan serius bagi perempuan hingga saat ini.
Film ini juga menyoroti bahwa sistem patriarki masih menjadi kendala bagi kemajuan perempuan di era modern.
Namun, keistimewaan Women From Rote Island terletak pada penjabaran feminisme yang tidak berlebihan.
Film ini tidak terjerumus dalam narasi yang berlebihan atau melodramatis, seperti banyak film Hollywood saat ini. Semuanya terasa realistis dan dekat dengan kehidupan sehari-hari, meskipun berlatar di NTT.
Contoh nyata yang disajikan adalah tentang kekerasan terhadap TKW yang masih menjadi perbincangan hangat hingga saat ini.
Bahkan, ketika film ini selesai syuting dan berkeliling di festival-festival film internasional, masih ada kasus kekerasan terhadap TKW asal NTT yang menggemparkan publik.
Women From Rote Island juga menggambarkan bagaimana masyarakat Indonesia belum sepenuhnya mampu merawat mereka yang mengalami sakit mental akibat kekerasan.
Lebih buruknya lagi, beberapa budaya lokal justru menambah derita korban daripada menyelamatkan mereka.
Dari segi sinematografi, film ini menarik perhatian dengan penggunaan long shot yang cermat, memberikan kesan seolah penonton ikut merasakan kisah Martha.
Grading warna yang natural juga menyatu dalam keseluruhan cerita.
Keistimewaan lainnya adalah penggunaan aktor non-profesional dari NTT, seperti Linda Adoe yang sehari-hari bekerja sebagai ASN di kecamatan.
Ini menambah keautentikan film dan menyelaraskan dengan latar tempatnya. Meski bergenre drama, Women From Rote Island tidak membosankan.