Sikap Seorang Muslim Ketika Kena Tipu Orang

JABAR EKSRPES – Menipu orang lain merupakan salah satu perbuatan tercela yang sangat merugikan orang. Banyak orang salah mengambil sikap saat sedang kena musibah ditipu orang. Namun bagi seorang muslim, ada beberapa sikap yang sebaiknya dilakukan saat kena tipu orang.

Salah mengambil sikap bisa berakibat buruk, apalagi pada seseorang yang sedang tertipu, karena kebijakan mengambil keputusan pasti akan dipengaruhi oleh emosi yang tidak stabil.

Biasanya orang yang kena tipu akan marah, jengkel, emosi berlebihan, hingga mengalami susah tidur karena pikiran yang sangat terganggu.

Baca juga : Contoh Teks Khutbah Jumat Tentang Musibah Banjir dan Kesabaran dalam Menghadapinya!

Namun hal ini tidak akan terjadi pada seorang muslim yang memiliki iman kuat. Pikiran seorang mukmin akan tetap tenang saat menghadapi kondisi buruk sekalipun. Karena dia tidak akan mengedepankan amarahnya.

Ketenangan seorang mukmin, bisa jadi karena dia sudah memasrahkan segala sesuatunya kepada Allah, termasuk setiap kejadian yang menimpanya, merupakan ketetapan dari Allah.

Beberapa hal ini menjadi alasan kuat bagi seorang mukmin tetap bisa tenang saat kena tipu orang, agar bisa mencari solusinya.

1. Hakmu tidak akan hilang.

Karena kalau merelakan harta itu untuk penipu, maka Allah akan ganti dengan yang lebih baik dan lebih banyak, sedang, kalau tidak merelakannya, kita masih bisa menuntutnya di akherat nanti sesuai kadarnya, sehingga hak kita tetap terjaga dengan baik.

2. Perbuatan dia tidak akan mengurangi jatah rezekimu.

Saat ditipu oleh seseorang, sebenarnya memang saat itulah waktu untuk menikmati rezeki itu telah selesai, sehingga rezeki itu memang harus diambil dari kita.

3. Kita bisa mendapatkan do’a yang mustajab.

Karena ketika kita sedang ditipu, berarti kita sedang dizalimi, dan do’anya orang yang dizalimi itu mustajab, karena tidak adanya hijab antara do’anya dengan Allah ta’ala, sebagaimana disebutkan dalam hadits.

Dan tidak ada masalah kita mend’oakan keburukan kepada orang yang menzalimi kita, sebagaimana dilakukan oleh beberapa sahabat Nabi shollallahu ‘alaihi wasallam ketika dizalimi orang lain.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan