JABAR EKSPRES – Program Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM) yang diselenggarakan oleh Universitas Katolik Parahyangan (UNPAR) telah menjadi jembatan penghubung antara pengetahuan dan pengalaman bagi banyak mahasiswa. Di antara mereka, Rosalinda Peronika br. Nainggolan, mahasiswa Ilmu Hukum dari Universitas Lancang Kuning, angkatan 2020, berbagi kisah inspiratifnya selama mengikuti program ini melalui wawancara daring pada Jumat (26/01/2024).
Rosalinda menuturkan bahwa partisipasinya dalam PMM UNPAR telah memberinya banyak pencapaian berharga.
Baca Juga: Semangat Wirausaha Milenial: Refleksi Talk Show ‘UMANILA’ di Ars University
“Pencapaian terbesar saya selama PMM di UNPAR adalah dapat menikmati kuliah di kampus unggulan, memperluas relasi hingga ke seluruh nusantara, dan mengenal lebih dalam tentang toleransi. Tidak hanya itu, saya juga dapat menikmati keindahan dan kesejukan kota Bandung,” ungkapnya dengan antusias.
Kendati menghadapi tantangan akademik, terutama dalam mengikuti mata kuliah yang tidak sepenuhnya linier dengan program studinya, Rosalinda beradaptasi dengan baik.
“Belajar di program studi yang berbeda tentu menambah wawasan saya. Meski terkadang sulit, beruntung dosen lintas jurusan di sini sangat memahami kondisi kami sebagai mahasiswa pertukaran,” jelasnya.
Ia dan rekan mahasiswa, Edward Sinurat, mendapatkan pengakuan sebagai dua mahasiswa terbaik versi UNPAR dalam PMM tahun ini. Menurut Rosalinda, kunci suksesnya terletak pada konsistensi dan disiplin dalam setiap tugas.
“Faktor seperti laporan mingguan tanpa dispensasi, ketepatan dalam mengumpulkan tugas, kehadiran penuh, serta disiplin waktu menjadi penilaian penting bagi dosen dan liaison officer (LO),” imbuh Rosalinda.
Lebih dari sekadar prestasi akademik, PMM dan pengalaman di UNPAR telah memberikan dampak signifikan terhadap perkembangan pribadi Rosalinda, terutama dalam aspek kebijaksanaan dan kemanusiaan.
“PMM mengajarkan saya untuk semakin menghargai dan bertoleransi terhadap perbedaan yang memperkaya Indonesia. UNPAR membuka mata saya bahwa masih banyak yang harus dipelajari dan ilmu itu tidak ada habisnya,” paparnya.
Di luar kelas, kegiatan seperti kunjungan ke tempat-tempat bersejarah di Bandung menjadi bagian tak terpisahkan dari pengalamannya. Rosalinda menerangkan, “Modul Nusantara, yang dikonversi menjadi 4 SKS, memungkinkan kami mengunjungi tempat-tempat bersejarah dan unik, seperti Gedung Sate, Museum Geologi, Taman Hutan Raya, serta mengenal keanekaragaman budaya di Kampung Adat Cirendeu. Pengalaman ini semakin memperkaya cara pandang saya terhadap dunia.”