JABAR EKSPRES – Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) pada Senin (29/1) meninjau langsung lokasi bencana tanah longsor di Kampung Cibatu Hilir, RT 01 RW 11, Desa Sekarwangi, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Sukabumi.
Berbarengan dengan kehadiran PJ Gubernur Jawa Barat Bey Machmudin, PVMBG telah mengambil gambar visual lokasi longsor untuk menjadi bahan assessment.
Saat diwawancarai oleh awak media Kepala PVMBG Hendra Gunawan mengatakan bahwa longsor susulan bisa saja terjadi dan meminta puluhan rumah yang terancam.
“Tadi sudah kita lihat sama-sama dengan rombongan dengan pak gubernur bahwa ada 13 rumah yang tertimbun dan 6 rumah dalam situasi bahaya, sisanya 60 rumah juga berisiko. Jadi yang longsor ini dari tempat kita meninjau sekitar 7 meter di bawah, rumah rumah yang tertimbun longsor,” terangnya.
Ia melanjutkan, soal penanganan tersebut pihaknya coba merekomendasikan agar dipasang pile penahanan tanah, jika belum bisa merelokasi pemukiman warga yang terdampak.
BACA JUGA: Tinjau Longsor di Cibadak Sukabumi, Pj Gubernur Jabar Harap Segera Ada Hasil Kajian
“Nah ini ada tim ahli dari badan geologi yang akan melakukan assessment, memberikan penanganan seperti apa yang tepat, apakah secara ekonomis juga. Apakah ini dibuat pile-pile yang untuk menahan karena bronjong tidak akan kuat ataukah relokasi ini yang tidak mudah sebetulnya karena dua-duanya bisa ditempuh juga memerlukan waktu,” imbuhnya.
Masih kata Hendra, soal dugaan terkait penyebab longsor yang terjadi pada Rabu (24/1) lalu, ia menyebut salah satunya akibat adanya aktivitas proyek cut and fill perumahan di atas pemukiman warga terdampak.
“Sementara dugaan awal ini lebih pastinya kan tim yang akan bekerja jadi kalau secara geologi umum ya jadi ada batuan yang menyerap air tapi di bawahnya ada lempung itu umum tapi dari peta ya, tapi kan kita harus validasi dengan data lapangan dikombinasi,” ujarnya
“Dampaknya (perumahan) sudah terlihat kan sekarang tapi yang perlu dikaji ini keamanan ke depan seperti apa. Itukan dugaan ya kita harus assessment dua tiga hari, kalau dari geologi memang di bawahnya ada formasi Rajamandala, itu kan batuannya lempung nah kalau ada hujan air lempung ini lah yang bisa ini tapi kan ini perlu data lapangan,” tutupnya. (mg9)