JABAR EKSPRES – Lebih dari 25.000 orang telah tewas di Gaza selama serangan Israel yang berlangsung hingga saat ini, menurut kementerian kesehatan yang dikelola oleh Hamas.
Dalam 24 jam terakhir saja, telah terjadi 178 kematian, menjadikannya hari paling mematikan sepanjang perang ini. Meskipun pertempuran terus berlanjut, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu kembali menolak pembentukan negara Palestina.
Amerika Serikat dan Israel memiliki pandangan yang berbeda dalam hal solusi dua negara.
Operasi udara dan darat Israel saat ini berfokus pada Gaza selatan, terutama di kota Khan Younis, tempat yang diduga komandan tertinggi Hamas.
Terowongan baru juga ditemukan oleh pasukan Israel, tetapi tidak ada sandera yang ditemukan di sana. Namun, pasukan Israel menghadapi perlawanan yang signifikan di seluruh Gaza, meskipun Israel memiliki keunggulan jumlah tentara yang jauh lebih besar daripada Hamas.
Baca Juga: NATO Bersiap Gelar Latihan Militer Terbesar dalam Tiga Dekade
Badan intelijen Amerika Serikat memperkirakan bahwa militer Israel telah menewaskan 20-30% pejuang Hamas, tetapi Hamas masih memiliki cukup amunisi untuk terus menyerang Israel.
Di Israel sendiri, meningkatnya kemarahan anti-pemerintah terjadi karena masih ada 130 atau lebih sandera Israel yang belum bisa dibebaskan. Ada keluarga yang terus berunjuk rasa menuntut pembebasan sandera mereka, dan gerakan anti-perang juga berdemonstrasi menentang kerusakan yang terjadi di Gaza.
Netanyahu juga meninggalkan sekutu-sekutu barat Israel karena kembali menegaskan penolakan terhadap negara Palestina. Hal ini disambut dengan kekecewaan oleh Menteri Pertahanan Inggris dan Gedung Putih yang menyatakan bahwa mereka memiliki pandangan yang berbeda dengan Israel.
Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa, Antonio Guterres, juga menyatakan bahwa penolakan terhadap negara Palestina “sama sekali tidak dapat diterima” dan akan memperpanjang konflik yang menyebabkan ancaman terhadap perdamaian dan keamanan global.
Dengan pertempuran yang terus berlanjut dan polarisasi pandangan antara Israel dan sekutu-sekutunya, nasib perang ini masih belum pasti. Netanyahu, yang sedang berjuang untuk bertahan secara politik, bertentangan dengan harapan sekutu Israel untuk mencapai solusi diplomatik berkelanjutan atas konflik ini.