Seseorang mengikuti agama temannya, jika dia mendapatkan teman yang buruk di lingkungan yang buruk, maka lambat laun dia akan mengikuti keburukan teman dan lingkungannya.
Karenanya, orang tua harus memperhatikan siapa teman anak-anak, apakah memberikan pengaruh buruk atau tidak. Bukan hanya itu, lingkungan yang baik juga harus menajdi prioritas.
Misalnya memilihkan sekolah atau lembaga pendidikan yang baik, contohnya lingkungan yang berpendidikan Islami.
3. Orang tua jauh dari ilmu agama
Sebab berikutnya adalah dari sisi orang tua yang kurang memiliki pengetahuan atau ilmu tentang nilai-nilai agama, dan tidak menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Karenanya harus dimulai dari orang tua yang juga belajar ilmu agama agar dapat memberikan nasihat kepada anaknya.
Allah Berfirman,
اَمَّنْ هُوَ قَانِتٌ اٰنَاۤءَ الَّيْلِ سَاجِدًا وَّقَاۤىِٕمًا يَّحْذَرُ الْاٰخِرَةَ وَيَرْجُوْا رَحْمَةَ رَبِّهٖۗ قُلْ هَلْ يَسْتَوِى الَّذِيْنَ يَعْلَمُوْنَ وَالَّذِيْنَ لَا يَعْلَمُوْنَۗ اِنَّمَا يَتَذَكَّرُ اُولُوا الْاَلْبَابِࣖ ٩
Artinya: Apakah orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadah pada waktu malam dalam keadaan bersujud, berdiri, takut pada (azab) akhirat, dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah (Nabi Muhammad), “Apakah sama orang-orang yang mengetahui (hak-hak Allah) dengan orang-orang yang tidak mengetahui (hak-hak Allah)?” Sesungguhnya hanya ululalbab (orang yang berakal sehat) yang dapat menerima pelajaran.
(QS Az Zumar : 9)
Baca juga : Mengatasi Kenakalan Anak Dengan Cara Islami
4. Perlakuan buruk atau kasar orang tua kepada anaknya
Perlakuan buruk ini termasuk pada ucapan-ucapan kasar orang tua kepada anaknya, karenanya dianjurkan untuk berkata yang baik (husna).
Termasuk kepada teman untuk menjaga persahabatan, begitu pula berkata baik kepada anak untuk menjaga persahabatan dengan anak.
Perkataan kasar akan kembali kepada diri orang tua, seperti pepatah buah jatuh tidak jauh dari pohonnya.
Anak yang berperilaku kasar mungkin karena perlakuan kasar kepada anaknya.
Allah berfirman,
وَاِذْ اَخَذْنَا مِيْثَاقَ بَنِيْٓ اِسْرَاۤءِيْلَ لَا تَعْبُدُوْنَ اِلَّا اللّٰهَ وَبِالْوَالِدَيْنِ اِحْسَانًا وَّذِى الْقُرْبٰى وَالْيَتٰمٰى وَالْمَسٰكِيْنِ وَقُوْلُوْا لِلنَّاسِ حُسْنًا وَّاَقِيْمُوا الصَّلٰوةَ وَاٰتُوا الزَّكٰوةَۗ ثُمَّ تَوَلَّيْتُمْ اِلَّا قَلِيْلًا مِّنْكُمْ وَاَنْتُمْ مُّعْرِضُوْنَ ٨٣
Artinya: (Ingatlah) ketika Kami mengambil perjanjian dari Bani Israil, “Janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuatbaiklah kepada kedua orang tua, kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin. Selain itu, bertutur katalah yang baik kepada manusia, laksanakanlah salat, dan tunaikanlah zakat.” Akan tetapi, kamu berpaling (mengingkarinya), kecuali sebagian kecil darimu, dan kamu (masih menjadi) pembangkang. (QS 2:83)