Tardin yang kerap tersenyum saat berkomunikasi itu mengaku, dalam proses pengolahan air nira untuk langsung dikonsumsi maupun dijadikan gula aren, tak jauh berbeda dengan cara olah di tempat lain.
BACA JUGA: 3 Pelaku Terkait Dugaan Gas Subsidi Oplosan Berhasil Diringkus
Cara turun-temurun yang dilakukan keluarganya itu ada di saat pengambilan air nira, bukan ketika pengolahannya. Sebab Tardin menilai, proses pengambilan air nira menjadi faktor dasar untuk menentukan kualitas nantinya.
“Tandan baru atau pelapah sebelum bisa diambil air niranya, kalau saya harus dipukul sekuat tenaga dengan teknik yang diajarkan secara turun-temurun,” tuturnya dengan kedua lengan digerakkan seakan tengah memukul pohon enau.
Tardin yang duduk di Gazebo sekira 8×10 meter itu menyampaikan, alat pemukul yang digunakan pun dibuat secara mandiri dengan ketebalan kayu dan cukup berat.
Memukul-mukul tandan pun membutuhkan waktu yang tidak sebentar, proses yang dilakukan bahkan memakan waktu sampai 3 bulan lamanya.
Sementara menurut Tardin, untuk saat ini peminat air nira tak begitu banyak dan permintaan gula aren pun tergolong menurun, meski pelanggan lamanya masih tetap memesan sampai sekarang.
“Alhamdulillah masih ada saja yang memesan, untuk di Sumedang setiap kecamatan ada saja pelanggan,” cetus Tardin yang santai sambil tersenyum hingga gusi dan giginya terlihat.
Suhu mulai menurun, pada pukul 16.40 WIB udara berhembus cukup dingin. Awan berkumpul menandakan hujan segera mengguyur area pebukitan di Desa Sindanggalih.
Tardin dengan pandangan mata mengarah ke langit sejenak, lalu menyampaikan bahwa dirinya berharap pihak pemerintah bisa memberikan dukungan serta perhatian, dalam pengolahan tradisional air nira.
“Maunya kepala desa bisa dukung perluasan memberdayakan warga sekitar, saya siap kasih pengetahuan olah air nira. Semoga dengan ada pemberdayaan warga mengolah air nira, bisa semakin besar juga pemasarannya kalau didukung pemerintah,” imbuhnya sambil mematikan rokok kretek yang sudah tinggal puntung.
“Lumayan biar bermanfaat dan mudah-mudahan pengolahan air nira jadi gula aren dapat tetap berlangsung dan meningkatkan ekonomi daerah,” pungkas Uwa Tardin.