BANDUNG, JABAR EKSPRES – Masyarakat mengeluh soal banjir yang masih terjadi di beberapa titik di Kota Bandung. Pengupayaan penanggulangan lewat pembangunan Kolam Retensi, Rumah Pompa, hingga tol air nyatanya masih belum mengatasi permasalahan tersebut.
Warga asal Cibaduyut, Ita Rosita menuturkan, hingga kini apabila hujan dengan intensitas tinggi melanda. Wilayah tersebut masih kerap dilanda banjir. Alhasil, banyak aktifitas masyarakat yang terganggu akibat hal tersebut.
“Dari dulu masih aja banjir, apalagi di terowongan. Mau pulang susah (kalau banjir), kemana-mana juga susah. Kalau hujan besar udah otomatis (banjir) disitu mah,” kata Ita kepada Jabar Ekspres.
Dirinya meminta agar Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung bisa mempercepat proses penyelesaian banjir di wilayah tersebut. Pasalnya, masalah itu sudah lama terjadi di kawasan Cibaduyut.
BACA JUGA: Puluhan Miliar Dihabiskan Pemkot Bandung untuk Kolam Retensi, Worth It?
“Ada pembangunan gorong-gorong, selokan digedein, tapi tetap banjir mah masih. Semoga ada solusi ya, ini soalnya setiap musim hujan pasti ada aja banjir,” pintanya.
Disisi tempat lain, salah satu pedagang Pasar Induk Gedebage, Irwanda (36) mengungkapkan, kolam retensi belum sepenuhnya mampu mengurangi potensi banjir di kawasan tersebut. Genangan acap kali terjadi apabila turun hujan dengan intensitas tinggi.
“Tetap masih banjir ada (kolam retensi) juga. Cuman mungkin yang beda sekarang banjirnya cepat surut, dulu bisa seharian sekarang cuman berjam-jam palingan,” katanya.
Hal yang sama dirasakan oleh Warga asal Kopo, Adenia Putri. Menurutnya, adanya Rumah Pompa masih kurang mengatasi permasalahan banjir yang terjadi di wilayah tersebut. Sebab, penyurutan genangan masih berlangsung lama di kawasan ini.
BACA JUGA: Banjir Kota Bandung, Kolam Retensi Bukan Solusi?
“Mungkin berkurang ada, tapi masih tetep lama surutnya. Ditambah kadang salurannya itu kadang mampet, itu yang kadang kalau hujannya lama teh suka ada kolam air,” katanya.
Dirinya berharap, Pemkot Bandung bisa mengatasi permasalahan banjir secara optimal. Pasalnya, kawasan Kopo dikenal dengan kepadatan kendaraannya. Apabila banjir terjadi, masalah baru bakal timbul akibat hal tersebut.