JABAR EKSPRES – Operasional tempat pengolahan sampah terpadu (TPST) Gedebage belum berjalan optimal. Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Bandung, Ema Sumarna menyebutkan, pengolahan baru berjalan pada angka di atas 10 persen. Belum optimal.
Alhasil, pengolahan di tempat itu bisa dikatakan molor dari target pertama, yakni mulai beroperasi pada awal Desember 2023. Lantaran menurutnya, kemungkinan operasional 100 persen terjadi justru pada akhir bulan ini.
“Ya, mungkin menjelang akhir tahun, lah,” jelas Ema kepada wartawan seusai meninjau TPST Gedebage, pada Rabu, 6 Desember 2023.
BACA JUGA: Pemkot Bandung Sesalkan Warga Masih Buang Sampah Non Residu ke TPS
Dia menuturkan bahwa ada kendala yang belum terselesaikan. Hal itu berkenaan dengan pembangunan untuk menunjang tempat pengolahan. “Belum ideal, ya. Jadi maggotisasinya juga baru sembilan biopon yang digunakan,” sambungnya.
Ema merincikan, selain persiapan biopon tersebut, pihaknya masih menyoroti betonisasi terhadap beberapa titik dan penutupan celah-celah yang bisa menyebabkan hama masuk ke area TPST.
“Itu memerlukan waktu satu minggu. Operasional mungkin besok lusa sudah bisa. Jangan sampai ada akses burung dan tikus,” tuturnya.
Dia menjelaskan bahwa kedua hama tersebut bisa mengancam pengolahan sampah di TPST Gedebage, khususnya pengolahan yang mengandalkan bakteri maggot.
Selain itu, pembangunan akhir pun mesti diselesaikan seperti akses jalan di lokasi tersebut karena masih ada tanah lumpur. “Ditembok lagi pinggirnya. Kemudian tadi kan becek,” jelasnya.
BACA JUGA: Sorot Warga Bandung yang Bakar Sampah, Sekda: Gak Boleh Pembakaran
“(Tapi) berjalan saja. Cuman belum bisa 60 ton. Mungkin baru 10 ton. Enggak (10 persen pas). Ada di angka 10 persen ke atas (operasional TPST Gedebage),” tandas Ema.
Diketahui, Pemkot Bandung menyediakan sarana dan prasaran penunjang TPST Gedebage, yakni 6 mesin gibrik untuk pengolahan sampah. Serta ada sekitar 175 biopon yang sudah dibangun.
Metode pengolahan sampah organik di TPST Gedebage bakal menggunakan magotisasi. Sementara sampah berjenis anorganik, rencananya dibawa ke Lawe untuk diolah menjadi RDF (Refuse Derived Fuel). Target sampah yang diolah 60 ton. (zar)