BANDUNG, JABAR EKSPRES – Aktifis Lingkungan sekaligus Ketua BP FK3I Jawa Barat, Dedi Kurniawan menilai perpanjangan penanggulangan sampah di Kota Bandung hanya dijadikan alat untuk menyerap anggaran terkait kedaruratan sampah.
Mantan Ketua Dewan Daerah Walhi Jabar itu menyebut, hal ini berkenaan dengan Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung yang tak mempunyai rencana kerja dalam menyelesaikan masa kedaruratan. Sehingga pada prosesnya, tumpukan sampah masih banyak ditemui di berbagai wilayah.
“Kami melihat Pemkot Bandung dalam memperpanjang masa darurat sampah tidak mempunyai rencana kerja untuk menyelesaikan keduratan sampah tersebut. Itu dibuktikan masih banyaknya tumpukan sampah di berbagai wilayah,” kata Dedi kepada Jabar Eskpres, Selasa 5 Desember 2023.
“Maka saya nilai kedaruratan sampah hanya dijadikan cara untuk menyerap anggaran darurat sampah,” lanjutnya.
BACA JUGA: KAMMI Jabar: Rapor Merah, Pemprov Jabar Gagal Atasi Persoalan Sampah!
Dirinya mengkritisi terkait program-program penanggulangan sampah yang kerap di sosialisasikan oleh Pemkot Bandung. Terbaru, Pemkot Bandung membagikan sarana prasana pendukung berupa ember agar masyarakat menerapkan Program Kang Empos. Selain itu, Pemkot memfasilitasi pembuatan hanggar-hanggar maggotisasi di 151 kelurahan dengan dana sebesar Rp31,9 miliar yang disiapkan Pemkot untuk keberjalanan program tersebut.
Dirinya mempertanyakan peruntukan pemberian sarana prasana tersebut. Pasalnya kedua program tersebut dinilai kurang sustainable dan tak berjenjang untuk mengatasi permasalahan kedaruratan sampah.
“Ketika maggotnya dikasih makan dan terisi penuh kan itu sudah tidak bisa dipakai, dan harus dikembangbiakan lagi. Bukan saya tidak setuju, tapi terkesan tidak ada persiapan. Itu program nya tidak akan sustainable,” ucapnya.
BACA JUGA: Isu Penutupan TPA Sarimukti, Warga Bandung Harus Legowo Jika Penarikan Sampah Tertunda
“Terus ember (Kang Empos) itu, kesatu untuk siapa dan untuk apa, soalnya pembagian biasanya gapernah menyasar ke yang emang betul-betul membutuhkan. Biasa yang dapat mereka yang kenal dekat dengan pegawai kelurahan ataupun kader kelurahan, kan selama ini gitu,” tambahnya.
Belum lagi fasilitas berupa ember ini diyakinanya bakal berfungsi menjadi kegunaan lain dibanding dijadikan tempat untuk mengolah sampah ke dalam bentuk pengomposan.