JABAR EKSPRES – Sebanyak lima Narapidana (Napi) Teroris di Jawa Barat kembali ke pangkuan ibu pertiwi. Mereka terdiri dari tiga napiter binaan Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIB Warungkiara dan dua napiter binaan Lapas Kelas IIA Banceuy.
Bendera Merah Putih di Aula Lapas Kelas IIB Warungkiara menjadi saksi sumpah setia kelima napi teroris tersebut. Karena, sebelum penandatanganan dan pengucapan sumpah, kelimanya secara bergantian mencium Sang Merah Putih itu. Hal itu sebagai simbol kembalinya kesetiaan kepada pangkuan ibu pertiwi.
BACA JUGA: Geger! Temuan Jenazah Bayi Tersangkut di Saluran Air Ciwidey, Diduga Dibuang Setelah Lahir
Kepala Divisi Pemasyarakatan Kemenkumham Jabar Kusnali mengungkapkan, ikrar kesetiaan itu tentunya telah melalui proses yang cukup panjang. Tidak mudah bagi lapas untuk melakukan pembinaan dan membalikkan hati para napi teroris agar bisa kembali ke pangkuan ibu pertiwi. “Tentu prosesnya panjang, napiter bisa mengakui NKRI dan Pancasila” cetusnya.
Menurut Kusnali, pembinaan yang ujungnya pada ikrar kesetiaan itu tentu dilakukan tanpa paksaan. Itu adalah buah manis dan kesabaran para pembina di dalam lapas.
Kusnali berharap deradikalisasi dan program-program pembinaan yang telah diberikan para pamong dan instansi terkait bisa menjadi bekal para napiter saat nanti kembali ke lingkungan masyarakat. Sehingga bisa beraktifitas normal dan diterima masyarakat.
BACA JUGA: Kolong Jembatan MA Salmun Penuh Sampah, Ditaksir Capai 1/2 Ton
Secara pribadi, Kusnali juga berterima kasih kepada Lapas Kelas IIB Warungkiara dan Lapas Kelas IIA Banceuy yang sudah melakukan program pembinaan deradikalisasi dengan baik. Capaian itu juga menjadi prestasi positif bahwa UPT di Jawa Barat selalu dipercaya untuk melaksanakan program deradikalisasi untuk warga binaan pemasyarakatan yang tersandung kasus terorisme.
Kepala Lapas Kelas IIB Warungkiara Irfan menambahkan, pembinaan yang diberikan kepada para napi teroris juga terdiri dari berbagai program. Di antaranya program pengenalan lingkungan, profiling, deradikalisasi, asesmen dan penelitian kemasyarakatan, program kesadaran beragama, pembinaan kepribadian, wawasan kebangsaan, serta pembinaan kemandirian. (son)