Namun disisi lain pihaknya merasa seperti dibohongi oleh FIFA.
“Internasional eventnya bagus, digelar di Jalak Harupat kita senang sekali. Tapi begitu hari H, mana ini kok gak ada. Jadi kaya cuma di PHP aja, ada orang FIFA dateng inspeksi, tapi cuma PHP aja,” ucapnya.
Dirinya pun melihat, untuk secara keseluruhan okupansi hotel ini tidak berdampak ke Kabupaten Bandung melainkan ke Kota Bandung.
Karena kebanyakan para pemain dan official menginap di hotel bintang lima yang ada di Kota Bandung sedangkan di hotelnya sendiri baru berbintang 4
“Jadi intinya kurang membawa dampak ke Kabupaten Bandung, malah larinya ke Kota Bandung,” jelasnya
Disisi lain, saat ini hotel Grand Sunshine sangat banyak dikunjungi wisatawan domestik yang akan ke Ciwidey dan Pangalengan.
Sementara untuk peserta atau penonton dari Piala Dunia U17 ini sangat nihil.
“Kita malah dapet yang corporate yang mau rafting ke Pangalengan, rafting ke Ciwidey. Jadi yang reguler kunjungan malahan, sebagian juga ada dari pemerintahan. Kegiatan di kita lebih banyak menangani di meeting, konferensi, exhibition,” terangnya.
Darmawan berharap, dengan Kabupaten Bandung menjadi tuan rumah Piala Dunia U17 seharusnya beberapa hotel yang ada bisa lebih diprioritaskan dan dimanfaatkan kegunaannya.
“Harapan kita sih karena sebagai tuan rumah di si Jalak Harupat, mestinya prioritas. Kan di sini ada beberapa hotel juga, kenapa gak dimanfaatkan. Ini yang menjadi pertanyaan buat kita. Kenapa kita gak diprioritaskan, mestinya kan gitu,” pungkasnya.