Lalu, apa hubungannya dengan pengeboman massal yang terjadi di Gaza oleh Israel semenjak 7 Oktober 2023 lalu? Jawabannya adalah, karena wilayah Gaza menjadi penghalang bagi proyek Kanal Ben Gurion untuk dilangsungkan.
Pimpinan Israel, Benjamin Netanyahu, membombardir Gaza terus menerus demi meneruskan proyek Kanal Ben Gurion. Dinamakan atas Perdana Menteri pertama Israel, David Ben Gurion, kanal tersebut akan menghubungkan Teluk Aqaba dan Laut Mediterania.
Jika dilangsungkan, maka kanal baru tersebut akan menjadikan saingan terbesar bagi Kanal Suez, dengan panjang 292.9 km dan memakan biaya sebesar 16 miliar dolar hingga 55 miliar dolar.
BACA JUGA: AS Menentang Seruan Gencatan Senjata di Gaza, Sementara Sekutunya Israel Menghujani Warga Palestina dengan Bom
Dengan kondisi Gaza yang dibumihanguskan, maka proyek tersebut akan mengurangi biaya berlebih dengan mengalihkan kanal tersebut menjadi lurus melalui wilayah Gaza.
Sekitar 12 perssen perdagangan dunia melewati Suez dengan 18.000 kapal setiap tahunnya. Dapat dibayangkan bahwa banyak negara yang akan mengantre untuk mendapatkan bagian dari kesepakatan tersebut.
Terusan Suez bernilai 9,4 miliar dolar bagi Mesir, yang telah menikmati pendapatan yang berhasil memecahkan rekor tahun ini.
Satu-satunya hal yang menghentikan proyek yang baru direvisi ini (Kanal Ben Gurion) untuk dihidupkan kembali dan disahkan adalah kehadiran Palestina di Gaza.
Jika ini semua dilakukan atas nama kessepakatan bisnis yang potensial, maka hal tersebut akan menambah aib politik dan diplomatik dari pemerintah-pemerintah Barat yang terlibat dalam genosida Palestina.
Dan aib terbesar dimiliki oleh Mesir. Sudah berada di ambang kebangkrutan akibat perilaku Presiden Abdel Fattah Al-Sisi yang boros, kemunculan Kanal Ben Gurion akan berdampak bagi perekonomian Mesir dan rakyatnya. Al-Sisi mungkin akan menyesal karena telah percaya kepada Tel Aviv dan pemerintah Barat di atas kepentingan dan kesejahteraan dua juta warga Palestina di Gaza.
Benjamin Netanyahu, Joe Biden, dan Rishi Sunak dkk di Barat, telah bersalah atas kejadian perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan, atau setidaknya terlibat dalam kejahatan mengerikan yang mengarah pada genosida.
Kapitalisme neoliberal yang tak terkendali telah menghancurkan banyak negara dan membunuh jutaan orang. Tak hanya Palestina, negara-negara lain seperti Afganistan, Libya, Suriah, Sudan, Kongo, dan masih banyak lagi juga dikorbankan akibat dari kerakusan negara-negara Barat.