Awal mulanya, Idin menjadi pengrajin tulang karena mengikuti jejak ayahnya yang juga seorang pengrajin. Dia menyebutkan, bahwa ayahnya lah yang mengawali usaha kerajinan tersebut.
“Awalnya dari bapak. Karena bapak dari dulu sudah jadi pengrajin. Kalau saya mungkin sekitar tahun 1974 bersama kakak saya nerusin usaha bapak ini,” tuturnya.
Selain itu, Idin juga menceritakan, ayahnya menjadi seorang pengrajin dalam pembuatan kancing pada saat zaman penjajahan. Kemudian, tak berselang lama, ayahnya menjadi pengrajin kayu.
“Terus ganti ke ukiran kayu, yang kaya dipakai di Bali. Terus berhenti. Ada ide bikin sumpit dari luyung atau tangkal kawung (pohon aren). Berhenti sumpit, dilanjutkan ke tulang dibentuk naga,” jelasnya.
Idin melihat ketekunan ayahnya membuat kerajinan. Membuat dirinya juga belajar untuk memproduksi sendiri, sehingga bisa menghasilkan karya tulang miliknya seperti sekarang ini.
“Sempat kemudian ada ide bikin kapal-kapalan dari tulang. Setelah itu bikin cinderamata aja dari tulang. Nah, mulai dari situ lah saya belajar dan sekarang alhamdulillah bisa memproduksi tulang-tulang ini menjadi karya seni,” pungkasnya.