JABAR EKSPRES- Saad Judallah lahir pada tahun 1956 di desa Sanburah di kota Nablas, Palestina, dari keluarga yang sangat tekun dalam menjalankan ajaran agama. Ia dididik dalam lingkungan islami, pengaruh ini sangat memengaruhi pandangan hidupnya.
Setelah menyelesaikan pendidikan menengah di jurusan IPA, Saad Judallah meraih gelar Diploma dalam bidang akuntansi. Di antara keluarganya, ia dikenal sebagai individu yang cerdas dan terampil.
Pada tahun 1978, Saad Judallah menikah dengan Sayyid Mahmud Khalil. Ia dianggap sebagai seorang wanita shalehah dan diharapkan menjadi ibu rumah tangga yang baik.
BACA JUGA : Karakter Bani Israil yang Tertulis dalam Hadist dan Al-Qur’an
Dengan suaminya, Saad Judallah awalnya mengalami kesulitan dalam kehidupan. Mereka berjuang keras untuk memiliki rumah sendiri agar tidak selalu menyewa, memastikan anak-anak mereka memiliki kehidupan yang lebih layak.
Mereka dianugerahi lima putra yang diberi nama Muhammad, Ahmad, Abdullah, Anas, dan Yasir. Saad Judallah berusaha memberikan pendidikan yang berkualitas kepada mereka, serta mengajarkan cinta terhadap masjid.
Mentalitas kepemimpinan, kehormatan, dan cinta terhadap Tanah Air selalu ditanamkan oleh Saad Judallah kepada anak-anaknya. Mereka tumbuh menjadi anak-anak yang baik dan penuh dengan nilai-nilai tersebut.
Ahmad, salah satu anak Saad Judallah, menjadi pejuang yang berani dan akhirnya mengorbankan nyawanya dalam perjuangan. Saad selalu memberikan dukungan dan menyediakan makanan untuk para pejuang.
Saad Judallah selalu mendorong para pejuang untuk berdoa agar cita-cita mereka untuk mengusir penjajahan zionis Israel terwujud. Ia tidak akan merasa tenang sebelum melihat para pejuang kembali dengan selamat.
Dengan alasan inilah, Saad Judallah diakui sebagai ibu para syuhada. Anaknya, Ahmad, adalah anak kesayangannya yang dididik dengan penuh kasih sayang dan kelembutan. Meskipun penuh dengan perasaan kehilangan, Saad Judallah selalu mendukung perjuangan anaknya.
BACA JUGA : Inilah Wanita Paling Cerdas yang Disebut Oleh Rasulullah
Pada akhirnya, Ahmad menunjukkan keberanian dan kepandaian sebagai seorang pejuang. Ia berhasil mengalahkan zionis dalam berbagai pertempuran, termasuk di gedung Alul dan Abu Shalihah pada 30 September 2002.