Serangan Darat di Gaza, Kabinet Israel Abaikan Kekhawatiran Keluarga Sandera

JABAR EKSPRES – Keluarga yang diduga menjadi sandera di tangan Hamas, kelompok di Gaza, meminta penjelasan dari pemerintah Israel terkait keberadaan kerabat mereka. Ini menyusul intensifikasi serangan Israel di wilayah Palestina.

Sebanyak 229 orang yang dipercayai menjadi sandera dalam serangan Hamas sejak 7 Oktober lalu, mengajukan permintaan pertemuan dengan para menteri Israel. Mereka mengungkapkan kekhawatiran terhadap nasib orang yang mereka cintai dan mengecam ketidakpastian yang mereka hadapi.

Salah satu perwakilan keluarga menyatakan, “Tidak ada anggota kabinet perang yang mau bertemu dengan keluarga korban untuk menjelaskan satu hal – apakah operasi darat membahayakan keselamatan 229 sandera di Gaza.”

Baca Juga: Hamas Ungkap Israel Lancarkan Serangan Udara Kembali di RS Indonesia Jalur Gaza

Para keluarga berada dalam ketegangan yang tinggi, menanti penjelasan dari pemerintah Israel. Setiap detik terasa seperti selamanya, tambahnya.

Konflik ini semakin memburuk sejak Hamas menyerang Israel dan menawan sejumlah sandera pada Sabtu (7/10). Israel, dalam balasan membabi buta, meluncurkan serangan udara dan darat tanpa memandang sasaran sipil atau militer Hamas.

Lebih dari 8.700 jiwa tewas dalam konflik ini, dengan mayoritas korban berasal dari warga Palestina (7.326 jiwa) dan warga Israel (1.400 jiwa).

Israel menerapkan serangan intensif ke Gaza, mengakibatkan wilayah yang dihuni oleh sekitar 2,3 juta warga Palestina terkepung total.

Baca Juga: PBB Sahkan Resolusi Gencatan Senjata Kemanusiaan di Gaza

Dalam Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Jumat (27/10), sebagian besar anggota menyetujui resolusi untuk mencapai gencatan senjata di Gaza. Resolusi tersebut, yang dirancang oleh negara-negara Arab, menuntut akses pengiriman bantuan ke Gaza dan perlindungan bagi warga sipil.

Resolusi itu mendapatkan dukungan dari 120 anggota, sementara 45 anggota memilih abstain, dan 14 menolak, termasuk Israel dan Amerika Serikat yang mengkritik resolusi tersebut karena tidak mencakup serangan Hamas pada 7 Oktober.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan