JABAR EKSPRES – Meningkatkan rasa aman untuk masyarakat khususnya Kabupaten Cirebon, sejumlah eks narapidana teroris (napiter) di Kabupaten Cirebon sengaja berkumpul di Pondok Pesantren Salaf Atthahiriyah, Desa Warugede, Kecamatan Depok, Kabupaten Cirebon.
Dari jumlah sekitar 30 eks napiter, sebanyak 15 eks napiter yang memiliki jiwa pancasila berdeklarasi Pemilu Damai 2024, guna mengedepankan kenyaman masyarakat menjelang Pemilu 2024.
Agar lebih kongkrit dalam memegang komitmen menciptakan Pemilu Damai 2024, mereka berdeklarasi disaksikan langsung oleh Densus 88 Anti Teror.
Eks Napiter JAD asal Tasikmalaya, Gilang Taufik, mengakui Pemilu seringkali dijadikan momen merusak fasilitas publik hingga mengakibatkan perpecahan.
Baca juga: Harga Cabai Meroket, Pemkot Sukabumi Harap 2 Hari ke Depan Harga Turun
“Pengalaman saya dulu saat bergabung di JAD, momentum Pemilu biasanya dijadikan sebagai ajang kesempatan untuk merusak,” jelasnya, Rabu 25 Oktober 2023.
Bukan hanya merusak fasilitas umum, tidak tanggung-tanggung dia pernah menjadi salah satu teroris yang membuat negara ceos.
“Banyak kami merencanakan, ini momen tepat untuk membuat negara ceos, dengan bentuk adu domba, bom, fitnah masih banyak lagi, agar rakyat saling serang dan tidak percaya,” bebernya.
Dia memastikan, jika pesta demokrasi kali ini pihaknya tidak lagi terlibat dalam kegaduhan melainkan menjadi salah satu pelopor yang menciptakan Pemilu Damai 2024 bersama belasan eks napiter lainnya.
“Sekarang berkat hidayah, kami berfikir momen 2024 menentukan masa depan bagi Indonesia, jangan sampai kita tidak memiliki andil untuk kemajuan bangsa ini,” terangnya.
Gilang Taufik merupakan eks napiter jaringan JAD yang ditangkap dan dihukum pidana penjara di tahun 2014, dan dibebaskan tahun 2018.
Selain Gilang, Eks Napiter Jaringan JAD asal Cirebon Yusuf Firdaus, juga mengakui demokrasi dalam Pemilu perlu diwujudkan dengan damai.
Setelah sebelumnya, belasan eks napiter tersebut beranggapan Pemilu sebagai ajang jihad.
“Ketika Pemilu, komitmen kami merupakan jihad bagi kami saat itu, perjuangan kami dengan amaliyat, sekarang karena ilmu yang bertambah kita bisa berubah,” jelasnya.
“Meski kami memiliki cerita yang begitu tidak mengenakkan tapi disini kami merasa diterima, kami diberikan kesempatan untuk berubah,” tambahnya.