Biden Umumkan Persyaratan Khusus dalam Upaya Mediasi Konflik Israel-Hamas

JABAR EKSPRES – Presiden AS Joe Biden telah menyatakan kesiapannya untuk berdiskusi mengenai gencatan senjata antara Israel dan Hamas yang masih berlangsung. Namun, ia menekankan bahwa pembicaraan dapat dilakukan hanya jika syarat tertentu terpenuhi. Biden menyatakan bahwa perundingan mengenai gencatan senjata di Gaza dapat dilakukan setelah pembebasan semua sandera yang dipegang oleh Hamas sejak serangan mereka ke Israel pada 7 Oktober.

“Diperlukan pembebasan para sandera terlebih dahulu sebelum kita dapat memulai perundingan,” kata Biden di Gedung Putih, seperti dilaporkan oleh AFP pada Senin (23/10).

Presiden AS juga menyampaikan permintaan maaf karena harus meninggalkan Gedung Putih untuk mempromosikan program ekonomi menjelang Pemilu 2024. Meskipun demikian, ia menyinggung tentang percakapannya dengan Paus Fransiskus pada Minggu (22/10) mengenai konflik Israel dan Hamas serta situasi kemanusiaan di Gaza.

Baca Juga: Lima PBB Desak Dunia Berbuat Lebih Baik untuk Gaza

Biden mengklaim bahwa Paus Fransiskus sangat tertarik dengan upaya yang dilakukan oleh AS, dan keduanya memiliki pandangan yang sama. Biden menjelaskan rencana dan dukungan AS untuk Israel kepada Paus Fransiskus, serta mengklaim mendapatkan dukungan penuh dari Paus.

Komentar Biden muncul setelah Hamas mengonfirmasi pembebasan dua sandera perempuan yang diculik dari Israel pada Jumat (20/10). Pembebasan dilakukan atas alasan “kemanusiaan yang mendesak” setelah mediasi oleh Qatar dan Mesir.

Hamas menuduh Israel menolak menerima dua sandera terakhir yang akan dibebaskan, melanggar kesepakatan pembebasan yang telah disepakati dengan para mediator. Meskipun belum ada konfirmasi langsung dari pihak berwenang Israel, media Israel melaporkan bahwa kedua perempuan tersebut telah dibawa ke perbatasan Rafah antara Gaza dan Mesir.

Baca Juga: PBB Belum Memberikan Tindakan Tegas Terhadap Konflik Palestina dan Israel

Pada hari yang sama, Israel meningkatkan jumlah sandera yang ditangkap menjadi 222 orang setelah kelompok bersenjata Hamas menyerang komunitas, kota-kota, dan pangkalan militer di selatan Israel. Serangan tersebut menjadi yang terburuk yang pernah melanda Israel, dengan sekitar 1.400 orang tewas.

Israel segera melancarkan perang terhadap Hamas, dan lebih dari 5.000 orang tewas dalam serangan udara di Gaza, menurut kementerian kesehatan setempat. Terpisah, Presiden AS Joe Biden sebelumnya menyatakan bahwa 13 warga AS termasuk menjadi sandera Hamas. Namun, cabang militer Hamas membantah klaim tersebut dan mengumumkan pembebasan ibu dan anak perempuan sebagai respons untuk membuktikan bahwa klaim Biden adalah tidak benar dan tidak berdasar.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan