“Awalnya kebun itu ada dua titik, lalu bertambah menjadi tiga titik, lalu naik lagi menjadi enam titik. Dari enam titik itu kita masih mencari pengembangan lain dan masih banyak lahan yang belum terisi. Karena kita bertahap, ada yang tidak mau lahannya dijadikan kebun ada juga yang mau, semaunya tergantung pada warga kembali. Justru nanti lambat laun program kita mudah-mudahan dapat terlaksana dengan setiap lahan membuahkan panen cengek yang banyak,” terangnya.
BACA JUGA: Perpustakaan Cimahi Terus Berupaya Tingkatkan Minat Baca Masyarakat di Era Digital
Hambatan Saat Panen
Panen cengek tergantung dari kebutuhan, seperti pesanan dari masyarakat atau pun untuk dijual ke pasaran. Selain sesuai dengan kebutuhan, kebun cengek saat panen pun harus menyesuaikan dengan kondisi alam.
“Kalau cengek sebetulnya panen itu tergantung kebutuhan, kita mau panen banyak untuk yang pesan atau di jual per cengek. Satu kali panen di satu titik lahan kita bisa memproduksi cengek 16 Kg dengan lahan yang seadanya, yang awalnya dijual ke warga dulu,” jelasnya.
Perbedaan harga cengek yang diproduksi oleh warga Kampung Sukanampa jauh lebih murah dibandingkan harga di pasar. Namun, karena kemarau panjang membuat panen tidak berlangsung maksimal sehingga warga sempat membeli cengek di pasar untuk memenuhi kebutuhan produksi.
“Awalnya dijual ke warga dahulu, dan kalau harga kita masih bisa dibawah pasar. Sekaranng di pasar harga lagi mahal, kalau disini karena panennya kita sedang menurun karena cuaca panas yang panjang. Dulu per kilo dijual Rp. 40.000 untuk cengek hijau. sementara di pasar Rp60.000 per kilo,” ungkap Idar.
BACA JUGA: 2 Bangunan Bersejarah Ditetapkan Sebagai Cagar Budaya Kota Cimahi
Pemanfaat Sampah Sebagai Pupuk
Sampah menjadi salah satu faktor utama pencemaran lingkungan, terutama di kawasan padat penduduk. Berbagai program pengolahan sampah telah diupayakan dan tingkat kesadaran masyarakat pun terus di tingkatkan. Salah satunya dengan upaya pemanfaatan sampah menjadi nilai ekonomis yang dapat bermanfaat bagi masyarakat itu sendiri.
Hasil cengek dari Kampung Sukanampa memiliki kualitas dan rasa tersendiri, hal ini dikarenakan penggunaan pupuk organik yang diolah secara mandiri dengan memanfaatkan sampah dari rumah tangga. Menurut Idar, Pupuk organik tersebut dikelola oleh kelompok wanita tani yang sudah mengikuti pelatihan dan pupuk yang dihasilkkan pun tidak mengandung pestisida.