JABAR EKSPRES – Observatorium Bosscha merupakan salah satu peninggalan Belanda yang berada di Lembang, Kabupaten Bandung Barat. Pendirian observatorium ini adalah menjadikan pusat dan kemajuan astronomi di Hindia Belanda sebagaimana hasil pertemuan Perhimpunan Astronomi Hindia Belanda atau Nederlandsch-Indische Sterrenkundige Vereniging (NISV) di Hotel Homann Bandung pada 12 September 1920.
Sebelum bernama Observatorium Bosscha, bangunan ini bernama Bosscha Sterrenwacht. Pembangunan ini diinisiasi oleh Karel Albert Rudolf (K.A.R.) Bosscha, R.A. Kerkhoven (kemenakan), dan Joan Gorge Erardus Gijsbertus Voute (astronom Hindia Belanda).
Sebagai penyokong dana utama, K.A.R. Bosscha berjanji akan memberikan sebuah teropong bintang. Sebagai bentuk penghargaan kepadanya, bangunan tersebut diberi nama Observatorium Bosscha yang diresmikan pada 1 Januari 1923.
BACA JUGA: Observatorium Bosscha: Lokasi, Harga Tiket, dan Cara Booking Lengkap!
Pada 17 Oktober 1951, NISV secara resmi menyerahkan Observatorium Bosscha ke Pemerintah Republik Indonesia (RI). Oleh Pemerintah RI, bangunan itu dititipkan kepada Universitas Indonesia dan menjadi bagian dari FIPIA (Fakultas Ilmu Pasti dan Ilmu Alam) yang kemudian berubah menjadi FMIPA (Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam) Institut Teknologi Bandung (ITB).
Bersamaan dengan itu, pendidikan tersier astronomi di Indonesia dimulai. Hingga kini, ITB menjadi satu-satunya universitas di Indonesia yang menjalankan program sarjana, magister, dan doktoral dalam bidang astronomi dan autofisika. Observatorium Bosscha juga menjadi observatorium astronomi terbesar di Indonesia dengan konstribusi penelitian dan pendidikan astronomi yang signifikan di Asia Tenggara.
Selain mengemban tugas penelitian dan pendidikan, Observatorium Bosscha juga mengabdi kepada masyarakat. Kegiatan tersebut bisa berbentuk rutin atau hanya bergantung pada fenomena unik astronomi yang terjadi.
Observatorium Bosscha juga membuka diri kepada seluruh mahasiswa dan peneliti di seluruh dunia untuk melakukan pengamayan astronomi, analisis astrofisika, belajar instrumentasi, dan lain sebagainya. Tidak hanya untuk belajar astronomi, observatorium ini pun juga menerima mahasiswa untuk belajar tentang sejarah, bangunan, manajemen, dan lingkungan di sana.
Sejak tahun 2004, bangunan ini menjadi Cagar Budaya Nasional dan pada tahun 2008 menjadi Objek Vital Nasional. Hal ini berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 184/M/2017, Observatorium Bosscha ditetapkan sebagai Bangunan Cagar Budaya tingkat Nasional melalui penilaian atas kualitas kondisi fasilitas lahan dan fisik gedung dan instrumentasi observatorium, koleksi hasil pengamatan dan pustaka yang tak ternilai, dan juga bahwasanya Observatorium Bosscha masih terus berkontribusi pada sains astronomi dan pada upaya pencerdasan bangsa Indonesia.