JABAR EKSPRES – Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) lakukan monitoring, untuk mendeteksi berakhirnya musim kemarau serta fenomena El Nino. Kepala BMKG Stasiun Geofisika Bandung, Teguh Rahayu mengatakan, dampak dari musim kemarau 2023 cukup serius akibat disertai El Nino.
“Data Kekeringan dampak El Nino saat ini, kami mengacu pada data BPBD baik Provinsi maupun Kabupaten atau Kota sebagai koordinator kebencanaan wilayah,” kata Rahayu kepada Jabar Ekspres melalui seluler, Senin (16/10).
Diketahui, El Nino merupakan bencana hidrometeorologi atau bencana yang diakibatkan oleh iklim. El Nino berpotensi memicu bencana kekeringan yang parah, kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) serta memiliki efek domino pada terhambatnya proses pertanian.
“Kemudian, pada musim kemarau 2023 ini, pengaruh El Nino dan Indian Ocean Dipole (IOD), positif membuat musim kemarau tahun ini menjadi lebih kering dari kondisi klimatologisnya,” ucap Rahayu.
BACA JUGA: BMKG Ungkap 11 Wilayah ini Akan Memasuki Musim Hujan
Melansir data BMKG, dari hasil monitoring El Nino-Southern Oscillation (ENSO) Dasarian 1 Oktober 2023, menunjukkan indeks ENSO yakni +1.57, sedangkan IOD sebesar +2.15.
Kondisi IOD positif diprediksi bertahan hingga akhir tahun 2023. Sedangkan El Nino moderat diprediksi terus bertahan hingga Februari 2024.
“Terkait El Nino berakhir hingga awal 2024, namun di wilayah Jawa Barat sebagian besar diperkirakan bulan November 2023 sudah masuk musim hujan,” ujarnya.
Rahayu, atau akrab disapa Ayu itu mengungkapkan, puncak musim kemarau tahun ini bervariasi dari September hingga Oktober 2023. Kemudian, disambut dengan prakiraan hujan di Jawa Barat yang bervariasi mulai dari pertengahan Oktober sampai Desember 2023.
“Namun sebagian besar 81 persen wilayah Jawa Barat akan memasuki musim hujan pada November 2023,” ungkapnya.
“Masyarakat agak rancu dengan puncak El Nino dan puncak kemarau,” tambah Ayu.
BACA JUGA: Belum Dapat Surat dari DLH Kabupaten Bandung Soal Distopnya Penarikan, Camat Rancaekek Minta Warga Kurangi Sampah
Ditegaskannya, untuk puncak El Nino berada pada Desember 2023 sampai Februari 2024, namun puncak musim kemarau berada pada September hingga Oktober tahun ini.
“Kenapa tidak sama, karna pada Oktober IOD berangsur netral dan monsun Australia atau Timuran sudah berbalik arah menjadi monsun Asia atau Baratan, sehingga bersifat menetralkan dampak dari El Nino,” tegas Ayu.