Meski demikian, sesekali Gilang menjadi aneh, ketika didapati orang yang berkeperluan terdahap air sumur keramat tersebut, faktanya ada yang mengarahkan untuk bisa mendapatkan air sumur itu.
“Yang aneh ialah ketika mereka meminta air dan diketahui ternyata sengaja datang dari luar kota, lalu mereka disuruh oleh seseorang atau mendapatkan petunjuk dari seseorang agar mendapatkan air sumur keramat yang letaknya ada di Lapas ini,” terangnya.
Demikian, nilai kepercayaan terhadap sesuatu merupakan bagian dari warisan para leluhur, entah itu kebiasaan turun temurun, adat istiadat, tak terkecuali fenomena dan fakta yang terjadi berkaitan dengan sumur keramat tersebut.
Di sisi lain, sumur itu dianggap sebagai salah satu benda peninggalan zaman Belanda. Maka pemerintah daerah kabupaten Sumedang, telah menetapkan sumur dan sebuah lonceng yang berada di Lapas Sumedang sebagai dua buah Cagar Budaya di Sumedang.
Dari informasi yang didapat, ada juga yang hendak memakai air sumur itu untuk mandi kembang, agar nanti pada saat lahiran anak yang dikandungnya lancar.
Sedangkan ada juga memercayai air itu akan dipergunakanya untuk diminum dan dibasuhkan ke bagian tubuh yang diketahui di dalamnya terdapat tumor.
Dikatakan Gilang Aditia, fakta yang meminta air sumur tak lagi terhitung, mereka yang datang memiliki berbagai macam alasan.
“Bahkan, ada yang memohon agar air sumur itu diambilnya sendiri. Jadi kata petunjuknya, air sumur harus diambil oleh tangan sendiri ke wadah, jadi ia musti turun ke sumur karena harus langsung juga,” katanya.
Fakta lainya, sumur keramat itu tak pernah mengering. Sekali pun di musim kemarau seperti sekarang ini, air sumur keramat terlihat jernih dan tetap terisi penuh. Bahkan, menurut pengakuan beberapa petugas lapas, air sumur keramat sering kali digunakan dan membantu kebutuhan air di Lapas jika air sumur biasa tak lagi ada akibat Kekeringan.(mg11)