JABAR EKSPRES – Apa itu Hamas? Kelompok militan telah meluncurkan serangan yang mematikan dari wilayah Gaza ke Israel, menelan korban jiwa ratusan warga Israel. Serangan tersebut memicu tanggapan tegas dari pihak Israel yang menyatakan perang terhadap Hamas. Berikut adalah informasi lebih lanjut mengenai kelompok Hamas.
Profil Hamas: Gerakan Perlawanan Islam di Palestina
Hamas, singkatan dari Ḥarakat al-Muqāwamah al-Islāmiyyah atau dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Islamic Resistance Movement, merupakan gerakan nasionalis dan Islam di Tepi Barat dan Jalur Gaza. Kelompok ini didedikasikan untuk mendirikan negara Islam merdeka dalam sejarah Palestina. Menurut situs Britannica, Hamas secara politis menguasai Jalur Gaza, sebuah wilayah yang dihuni oleh lebih dari dua juta orang dan diblokade oleh Israel.
Sejarah Pendirian Hamas
Hamas berkuasa sejak 2007 setelah memenangkan perang melawan pasukan Fatah yang loyal kepada Presiden Mahmoud Abbas. Para aktivis terkait dengan Ikhwanul Muslimin mulai mendirikan jaringan amal, klinik, dan sekolah di wilayah Gaza dan Tepi Barat sejak akhir tahun 1970-an. Pada tahun 1987, kelompok ini didirikan di Gaza sebagai respons terhadap Intifada pertama, pemberontakan melawan pendudukan Israel di wilayah Palestina. Pemimpin pertamanya adalah Sheikh Ahmed Yasin.
Baca Juga: Perang Israel-Hamas Makin Memanas hingga Melebar ke Suriah
Dukungan dan Konflik
Hamas mendapat dukungan utama dari negara-negara seperti Suriah, Iran, Qatar, dan Turki. Kelompok ini berperan aktif melawan Israel dan mengkoordinasikan aktivitas militer di antara kelompok bersenjata di Gaza. Dalam Piagam 1988, kelompok ini menyatakan bahwa Palestina adalah tanah air Islam yang tak boleh diserahkan kepada non-Muslim, dan perang suci untuk merebut kendali Palestina dari Israel adalah kewajiban agama bagi Muslim Palestina.
Pandangan Terbaru dan Konflik dengan PLO
Meskipun Hamas merilis dokumen kebijakan pada 2017 yang menggunakan bahasa yang lebih terukur, kelompok ini tetap tidak mengakui keberadaan Israel. Namun, mereka menerima secara formal pembentukan negara Palestina secara interim di Gaza, Tepi Barat, dan Yerusalem Timur, yang dikenal sebagai garis sebelum tahun 1967. Pandangan ini menyebabkan konflik dengan Organisasi Pembebasan Palestina (PLO), yang pada tahun 1988 mengakui hak keberadaan Israel.