JABAREKSPRES.COM, BANDUNG – Bulan Oktober diperingati sebagai Bulan Bahasa juga bertepatan dengan peringatan Sumpah Pemuda pada 28 Oktober.
Kini, selain masih banyak dijumpai penggunaan Bahasa Indonesia yang kurang tepat di media luar ruangan, Bahasa Indonesia juga menghadapi tantangan lain. Yakni perkembangan Bahasa Gaul atau Bahasa Slang.
“Penggunaan bahasa slang atau bahasa gaul memang tidak bisa dihindari,” jelasnya kepada Jabar Ekspres, Jumat (6/10).
Baca Juga:Kesalahan Penggunaan Bahasa Indonesia di Media Luar Ruangan Kota Bandung Banyak Dijumpai, Tanggung Jawab Balai Bahasa?Antisipasi Perjudian dalam Pilkades Serentak di Kabupaten Bandung, Polisi Lakukan Ini!
Herawati melanjutkan, selain soal perkembangan bahasa gaul, penggunaan bahasa juga bisa mengalami pergeseran seiring berkembangnya waktu. Ia mencontohkan, dalam dialog masyarakat Sunda atau di Bandung saat ini kerap didengar kata “Aing” sebagai kata ganti “saya”.
Menurut kaidah, sebenarnya kata “aing” sebagai kata ganti orang pertama sebelumnya masuk dalam kategori kasar. Namun kini kata “aing” justru lebih mengindikasikan keakraban.
Bagi Herawati, penggunaan kata gaul memang tidak bisa dibendung dan hal itu sah dalam komunikasi. Yang terpenting adalah seseorang harus pandai dalam menempatkan diri dalam berbagai konteks. Misalnya dalam forum formal, sudah semestinya penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar menjadi utama. “Penutur yang cerdas harus pandai dalam memilih diksi,” cetusnya.
Namun demikian Balai Bahasa juga tidak akan berhenti untuk memberikan edukasi kepada masyarakat terkait penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Bisa melalui program pembinaan ke instansi pemerintahan, instansi pendidikan, maupun swasta berbadan hukum. Termasuk pemantauan penggunaan bahasa di ruang publik.
Selain itu, Balai Bahasa Jabar juga memanfaatkan media sosial sebagai sarana edukasi Bahasa Indonesia. Termasuk melibatkan duta bahasa.(son)
