Potret Cibutun, Dari Masalah Sampah hingga Rencana Pembangunan Jalur Kereta Api

Jabar Ekspres – Sorotan soal pantai yang berada di Kampung Cibutun, Desa Sangrawayang kecamatan Simpenan, hingga hari ini masi hangat di perbincangan oleh khalayak luas.

Setelah sebelumnya, bentangan pantai Loji yang berada di kampung Cibutun itu menjadi atensi, pasca kelompok pemuda yang terhimpun dalam Pandawara Grup, berinisiatif melakukan Clean Up di area tersebut.

Namun sebelum viral seperti sekarang, penggiat Sejarah Sukabumi, Irman Firmansyah, mengatakan bahwa Cibutun dulu pernah ramai juga soal masalah sampah gilingan padi.

BACA JUGA: Jatah Pembuangan Sampah Menipis, Pemda Bandung Barat Berencana Sewa Lahan di Sarimukti

Menurutnya, pesisir Cibutun pernah dipenuhi oleh sekam padi hasil gilingan dari pabrik yang di buang melalui aliran sungai, hingga bermuara di pantai tersebut.

“Pantainya dulu pernah dipenuhi sekam padi, yang dimana sebelumnya, masyarakat membangun area pesawahan dan bermunculan tempat penggilingan padi, sehingga sekamnya dibuang ke sungai dan mengarah ke pantai tersebut, kemudian menjadi sorotan,” Ungkapnya kepada Jabar Ekspres saat di temui pada Rabu (4/10/2023).

Kemudian, menurut penggiat sejarah Sukabumi itu, sekitar pada tahun 1904 kawasan Cibutun juga sempat akan dibuat Jalur perlintasan kereta api, yang menghubungkan Bandung-Ciletuh-Pelabuhanratu.

“Dulu sempat akan dibangun jalur kereta api Bandung, Ciletuh, Pelabuhanratu. Nah Cibutun itu di jadikan sebagai salah satu tempat stasiunnya,” Paparnya.

Menurut dirinya, yang juga merupakan penulis buku “Soekaboemi the untold story” itu, memaparkan bahwa bukan tanpa alasan dibangunnya jalur kereta api yang menginjak kawasan Cibutun tersebut.

“Kenapa ada stasiun di situ, pertama karena ada perkebunan (di Cibutun), dan kapal KPM (Konijkle Paketvaart Maaschapij) yang sering ngangkut komoditi di Cibutun,” Ujarnya.

BACA JUGA: Dampak Masa Darurat Sampah, Pemkot Bandung Klaim KBS Terus Bertambah

“Komoditas utama di Cibutun itu Karet, yang Sekitar satu bulan dua kali, di angkut ke tanjung priok dan ada yang langsung di kirim ke Belanda,” Imbuhnya.

Terlebih lagi menurut dirinya, pada tahun 1904 sedang ramai-ramainya soal kapal internasional, termasuk Pelabuhanratu yang sempat di jadikan embarkasi haji.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan