Arab Saudi juga secara konsisten mempertahankan pendiriannya bahwa pengakuan tersebut bergantung pada resolusi yang adil atas konflik Israel-Palestina.
Riyadh secara khusus abstain dari partisipasi dalam Perjanjian Abraham tahun 2020 dari pemerintahan Trump.
Perjanjian tersebut memungkinkan Israel menjalin hubungan diplomatik formal dengan negara-negara tetangga Teluknya, Bahrain dan Uni Emirat Arab, serta Maroko.
Pertanyaan-pertanyaan kritis membayangi, terutama mengenai konsekuensi dari kesepakatan Saudi-Israel bagi rakyat Palestina dan potensi replikasinya di negara-negara mayoritas Muslim lainnya.
Palestina dengan keras menekankan pentingnya menjadi pemangku kepentingan penting dalam setiap perjanjian prospektif.
Sementara itu, kesediaan pemerintah sayap kanan Israel untuk memberikan konsesi masih belum pasti.
Para analis telah menggarisbawahi posisi rumit yang ditempati oleh Palestina dalam kaitannya dengan potensi kesepakatan Saudi-Israel, yang menunjukkan terbatasnya keuntungan bagi pihak Palestina.
Sementara itu, para senator Amerika Serikat telah menyuarakan keprihatinan mereka atas laporan-laporan bahwa Riyadh mungkin meminta jaminan keamanan dari Washington sebagai imbalan atas normalisasi hubungan dengan Israel.