Jelang Pemilu, AJI Bandung Cegah Disinformasi dan Diskriminasi Lewat Ini

“Penting bagi jurnalis untuk terus belajar dan meningkatkan kapasitas dalam melakukan kerja-kerja peliputan. Termasuk keterampilan melakukan cek fakta yang semakin relevan di era internet hari ini,” kata Ketua AJI Bandung, Tri Joko Her Riadi.

“Hanya dengan kapasitas yang terus diasah, jurnalis akan sanggup menunaikan tanggung jawab menyajikan informasi ter verifikasi yang dibutuhkan publik. Hanya dengan keterampilan dan kepekaan yang terus dilatih, jurnalis bisa memberikan pembelaan secara efektif pada kelompok-kelompok rentan,” sambungnya.

Ia menambahkan, di tahun-tahun politik seperti sekarang ini, ketika hjoaks dengan mudah tersebar, kerja dan keberpihakan jurnalis kian diuji. Pelatihan cek fakta seperti ini lalu menjadi semakin strategis dilakukan.

Selain memiliki keterampilan baru, para jurnalis juga bisa berjejaring dan saling belajar satu dengan yang lain.

Yohanes Irmawandi dari Jakatarub mengatakan, media berperan penting membuka pemahaman masyarakat tentang kelompok rentan. Maka itu pemahaman jurnalis mutlak diperlukan.

“Kami sendiri tidak menggunakan istilah minoritas karena istilah tersebut menunjukkan perbedaan kekuatan. Kami menyebutnya kelompok rentan,” ujarnya.

Sebagai tindak lanjut pelatihan ini, sebanyak delapan jurnalis terpilih akan mendapatkan fellowship untuk melakukan pengecekan fakta terhadap calon kepala daerah.

Program pelatihan ini merupakan rangkaian dari kegiatan serupa yang diadakan oleh AJI Indonesia di tiga provinsi, yaitu Jawa Barat, Aceh, dan Sulawesi Selatan.

Kegiatan ini merupakan bagian dari proyek ASPIRASI yang diusung bersama antara AJI, Perludem (Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi), Setara Institute, dan Transparency International Indonesia (TII).

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan