JABAR EKSPRES – Wakil Ketua Tim Koordinasi Relawan Pemenangan Pilpres PDI Perjuangan (TKRPP-PDIP) Eko Sulistyo meminta para sukarelawan untuk tidak memusingkan sosok bakal cawapres pendamping Bakal Capres 2024 Ganjar Pranowo.
Dia mengatakan hal itu saat menyampaikan sambutan di acara deklarasi dukungan sukarelawan Projo Ganjar yang dilaksanakan di Hotel Bumi Wiyata, Depok, Jawa Barat, Rabu (27/9).
“Urusan bakal cawapres yang akan mendampingi Pak Ganjar, itu biar urusan partai politik yang mengusung Pak Ganjar, karena apa? Kalau kita menentukan Si A atau Si B, itu malah kita split sendiri atau energi terbuang,” kata Eko dalam sambutannya.
Dia juga meminta para sukarelawan pendukung Ganjar tidak patah semangat meskipun belakangan mantan Gubernur Jawa Tengah itu hanya didukung poros kecil pada Pilpres 2024.
Eko menyadari Ganjar menjadi Bakal Capres 2024 yang paling sedikit didukung partai yang berada di parlemen dibandingkan kontestan lain.
“Dukungan parpol terhadap bakal calon Mas Ganjar itu dukungan minimal. Itu plus minus. Kalau ranking, kita nomor tiga, tetapi jangan kecil hati,” katanya.
Dia mengatakan urusan besar atau kecil koalisi tidak menjamin seseorang bisa menang pada Pilpres 2024. Hal itu seperti terjadi dalam Pilkada DKI Jakarta 2012.
Eko menyebut Jokowi pada Pilkada DKI Jakarta 2012 hanya didukung oleh PDIP dan Gerindra atau 17 persen kekuatan kursi di DPRD provinsi yang sama.
Namun, kata dia, Jokowi tetap terpilih sebagai pemimpin di provinsi ibu kota bersama Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok dengan koalisi kecil pada Pilkada DKI 2012.
“Pak Jokowi diusung PDIP dan Gerindra yang kekuatannya 17 persen di DPRD DKI. Itu kita bisa menang,” lanjut Eko.
Dia kemudian menyinggung tentang Pilpres 2024 untuk mengingatkan tentang besarnya koalisi bukan jaminan memenangkan kontestasi politik.
“Jadi, yang perlu digarisbawahi, koalisi gemuk tidak menentukan pemenangan presiden. Kenapa? Pilpres itu kontestasi tokoh yang diusung. Beda dengan pileg, kekuatan elektoral partai akan in-line dengan basis elektoral mereka, karena pertarungan tokoh. Pilpres itu yang banyak menentukan bagaimana visi dan misi tokoh, gerak tokoh di lapangan, bagaimana cara berkomunikasi dengan masyarakat. Itu pengalaman kita dengan Pak Jokowi,” ujarnya.