JABAR EKSPRES- Banyak yang mengetahui tentang perjuangan dan kesabaran nabi Nuh dalam menyeru kepada kaumnya untuk mengakui keesaan Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Namun, salah satu sifat mulia dari nabi Nuh yang jarang diceritakan oleh para da’i adalah rasa syukurnya kepada Allah.
Nabi Nuh sejatinya adalah sosok yang selalu bersyukur kepada Allah. Bahkan Alquran secara tegas mencatat hal ini. Alquran Surat Al Isra ayat 3 menyatakan, “(Wahai) keturunan orang yang Kami bawa bersama Nuh, sesungguhnya dia (Nuh) adalah hamba (Allah) yang banyak bersyukur.”
Ada riwayat yang menyebutkan bahwa setiap pagi, Nabi Nuh selalu memanjatkan rasa syukur. Dia membaca, “Subhanallahi hiyna tumsuna wa hiyna tusbihun walahul hamdu fissamawati wal Ardhi wa’asyiyan wahiyna tudzhiruun,”
yang artinya, “Maha Suci Allah ketika kamu berada di waktu sore dan di waktu Subuh dan bagi-Nya segala puji di langit dan bumi ketika berada di petang hari dan ketika kamu berada di waktu Zuhur.”
BACA JUGA : Bagaimana Pandangan Islam Terhadap Tindakan Aborsi ?
Selain itu, terdapat riwayat yang menegaskan bahwa Nabi Nuh selalu memuji Allah setiap kali mengenakan pakaian baru atau saat makan. Ketika Nabi Nuh mengenakan pakaian atau makan, dia memuji Allah. Karena kebiasaannya ini, dia diakui sebagai “hamba yang sangat bersyukur kepada nikmat Allah.”
Nabi Nuh telah memberikan peringatan kepada kaumnya berulang kali dengan berbagai cara. Catatan sejarah menyebutkan bahwa dakwah nabi Nuh berlangsung selama 950 tahun. Meskipun terus-menerus dicemooh oleh kaumnya, Nabi Nuh tetap sabar dan tidak putus asa.
Allah SWT kemudian memberitahu Nabi Nuh bahwa tidak akan ada tambahan lagi orang beriman dari kaumnya, dan mereka yang tidak beriman akan tetap dalam kekufuran.
Hal ini tertera dalam Alquran Surat Hud ayat 36, “Dan diwahyukan kepada Nuh, bahwasanya sekali-kali tidak akan beriman di antara kaummu, kecuali orang yang telah beriman (saja), karena itu janganlah kamu bersedih hati tentang apa yang selalu mereka kerjakan.”
BACA JUGA : Upaya dalam Meraih Baldatun Thayyibatun wa Rabbun Ghafur