JABAR EKSPRES — Setiap tahun di tanggal 22 September, masyarakat Bali merayakan Hari Bhatara Sri, sebuah perayaan yang memiliki makna mendalam dalam kebudayaan dan agama Bali. Hari Bhatara Sri biasanya jatuh pada tanggal 6 bulan Kasa, menurut penanggalan Bali yang berbeda dengan penanggalan Gregorian.
Perayaan ini merupakan momen untuk menghormati Dewi Sri, dewi panen dan kesuburan, yang dianggap sebagai pelindung pertanian dan keberhasilan panen.
Dewi Sri adalah salah satu dewi penting dalam agama Hindu di Bali. Ia digambarkan sebagai sosok yang membawa berkah dan kesuburan kepada tanah Bali. Kehadirannya sangat vital dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Bali, terutama bagi para petani yang bergantung pada hasil pertanian mereka untuk kehidupan.
BACA JUGA: 5 Tahun Peresmian Patung Garuda Wisnu Kencana, Ini Maknanya!
Dewi Sri dianggap sebagai penjaga bumi dan panen yang melimpah, sehingga perayaan Hari Bhatara Sri menjadi sarana untuk memohon berkah dan mengungkapkan rasa terima kasih kepada sang dewi.
Perayaan Hari Bhatara Sri biasanya dimulai dengan upacara keagamaan di pura-pura (kuil) di seluruh Bali. Para pendeta dan umat Hindu berkumpul untuk bersembahyang dan memanjatkan doa kepada Dewi Sri.
Mereka membawa persembahan seperti beras, bunga, buah, dan hasil pertanian lainnya sebagai tanda penghormatan kepada dewi yang dianggap sebagai sumber segala kehidupan.
Selama perayaan ini, banyak orang Bali yang mengenakan pakaian tradisional, seperti kain sarung dan kebaya, untuk menambahkan nuansa kebudayaan dalam acara tersebut. Selain itu, tarian dan musik tradisional Bali juga menjadi bagian integral dari perayaan Hari Bhatara Sri.
Tarian seperti Tari Rejang, yang dipentaskan oleh sekelompok gadis Bali yang mengenakan pakaian adat, menghiasi perayaan ini dengan gerakan yang anggun dan berirama.
Salah satu momen puncak dari Hari Bhatara Sri adalah prosesi upacara “Mejejahitan” atau “Mapandes.” Ini adalah upacara pemotongan rambut pertama bagi anak-anak Bali, yang dilakukan sebagai tanda pertumbuhan mereka dan sebagai bagian dari tradisi keagamaan.
Pemotongan rambut ini dilakukan di kuil-kuil suci di Bali dengan harapan agar anak-anak tumbuh sehat dan mendapatkan berkah dari Dewi Sri.