JABAR EKSPRES – Para pemimpin negara Muslim dan mayoritas Muslim bersatu dalam mengecam negara-negara Barat atas maraknya insiden pembakaran Al-Quran dalam beberapa waktu terakhir. Kecaman ini diungkapkan oleh para pemimpin negara-negara tersebut saat berpidato di Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York pada Selasa (19/9).
Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, dengan tegas menyatakan bahwa negara-negara Barat saat ini tengah menghadapi “wabah” rasisme, termasuk Islamofobia, yang telah mencapai tingkat yang sangat mengkhawatirkan. Erdogan menambahkan, “Sayangnya, politikus populis di banyak negara terus memperparah situasi ini dengan memanfaatkan tren berbahaya.”
Baca Juga: Vaksin HIV yang Didanai oleh AS Mulai Diuji Klinis
Ia juga mengecam mentalitas yang memicu serangan terhadap Al-Quran di Eropa dan menyebut bahwa tindakan semacam itu dilakukan di balik kedok kebebasan berekspresi, yang pada akhirnya merugikan masa depan Eropa sendiri.
Presiden Iran, Ebrahim Raisi, juga mengangkat isu serupa dalam pidatonya di PBB. Raisi menyatakan bahwa Barat mencoba “mengalihkan perhatian” dari tindakan-tindakan Islamofobia dan apartheid yang terjadi di negara-negara mereka. Ia mengutip contoh seperti penistaan terhadap Al-Quran dan larangan mengenakan jilbab di sekolah di beberapa negara Barat.
Raisi juga menyinggung tentang larangan penggunaan hijab di sekolah-sekolah Prancis. Selain itu, ia menekankan bahwa tindakan diskriminasi lainnya terhadap Muslim adalah tidak manusiawi dan tidak pantas.
Baca Juga: Diduga Menjalin Hubungan dengan Israel, Presiden Iran Ebrahim Raisi Tuduh Arab Saudi Khianati Palestina
Walaupun Iran memiliki peraturan yang ketat tentang berpakaian, terutama bagi perempuan, Raisi mencatat bahwa Al-Quran terlalu suci untuk diperlakukan sembrono oleh mereka yang tidak memahami maknanya.
Selain Erdogan dan Raisi, Emir Qatar, Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani, serta Perdana Menteri Malaysia, Anwar Ibrahim, juga bergabung dalam menyuarakan protes mereka terkait pembakaran Al-Quran di Eropa. Sheikh Tamim menyatakan bahwa mengorbankan kesucian agama lain tidak dapat dianggap sebagai kebebasan berekspresi.
Ia menekankan bahwa Al-Quran adalah terlalu suci untuk dihinakan oleh orang-orang yang bertindak secara tidak bijaksana.