JABAR EKSPRES – Love Scamming masih hangat dibahas di media sosial, terutama setelah terungkapnya puluhan orang pelaku aksi ini yang kini telah dideportasi kenegara asalnya. Lalau bagaimana dengan kondisi korban love Scamming yang mengalami kerugian, bukan hanya materi ternyata ada kerugian lain yang lebih membahayakan yakni dampak psikologisnya.
Dilansir dari laman resmi FBI di www.fbi.gov menyebutkan bahwa loce scamming merupakan bentuk rekayasa sosial, di mana penipu menargetkan individu yang mencari persahabatan atau romansa yang kemudian mereka manipulasi. Tujuannya untuk mendapatkan uang atau layanan lain.
Hal tersebut dijelaskan oleh Supervisory Special Agent Unit Kejahatan Ekonomi FBI David Harding dikutip dari podcast berjudul For The Love of Money.
Kasus love scamming terus menunjukkan peningkatan diseluruh dunia bahkan di Indonesia.
“Jumlah pengaduannya mencapai 24 ribu laporan,” lanjut Agent Harding.
Baca juga : Viral Istilah Love Scamming, Ini Modus Pelaku dan Trik Agar Tak Terjerat
Penipuan love scamming ini berbasis pada hubungan dimana penipu berpura-pura menjadi pasangan romantis dengan tujuan memperoleh uang atau informasi pribadi dari korban. Setelah tujuannya tercapai, pelaku akan segera menghilang dan memblokir semua aksesnya.
Sementara korban love Scamming yang berani akan speak up dan melaporkan penipuan yang menimpanya, namun banyak juga yang memilih diam karena malu.
Namun semua korban love scamming mengalami kondisi psikologis yang terganggu, bahkan bisa merusaknya hingga membahayakan baginya.
Berikut beberapa dampak psikologis yang dialami korban love scamming :
1. Rasa Malu dan Merasa Dipermainkan
Korban sering merasa malu dan merasa telah dipermainkan. Mereka mungkin bertanya-tanya bagaimana mereka bisa begitu mudah terjebak dalam penipuan semacam ini.
2. Depresi
Banyak korban mengalami depresi setelah mengalami love scamming. Mereka merasa tertipu, merasa sedih karena hubungan palsu yang mereka percayai telah berakhir, dan merasa terpuruk.
3. Stres dan Kecemasan
Penipuan semacam ini dapat menyebabkan tingkat stres dan kecemasan yang tinggi. Korban mungkin merasa khawatir tentang masa depan mereka, termasuk masalah keuangan akibat kerugian yang mereka alami.