“Itu fimosis namanya. Dan untuk kondisi ini, dengan disunat saja itu sudah sembuh. Tapi kalau prostat itu peradangannya terjadi di dalam. Dan itu juga bukan disebabkan oleh air minum kemasan galon polikarbonat tapi karena tumor atau kelainan bawaan,” tandasnya.
Kata dokter Setya, anak-anak membutuhkan nutrisi yang cukup agar tumbuh kembangnya menjadi optimal. Nutrisi itu ada nutrisi makro dan nutrisi mikro dan nutrisi makro, yang terdiri dari karbohidrat, lemak dan protein, mikro vitamin dan mineral.
Menurutnya, mineral ini tidak bisa diproduksi oleh tubuh dan harus menggantungkan dari asupan di luar, baik itu berupa makanan maupun minuman.
“Itulah sebabnya, cairan-cairan yang mengandung mineral termasuk yang ada di dalam air minum galon (polikarbonat) sangat dibutuhkan anak-anak untuk proses tumbuh kembangnya,” tuturnya.
Menurutnya, mineral-mineral yang ada dalam air kemasan galon polikarbonat seperti kalsium, magnesium, natrium, dan selenium sangat dibutuhkan untuk proses tumbuh kembang anak.
“Kalsium sendiri itu fungsinya untuk tulang dan lemak, magnesium untuk aktivitas anak, natrium untuk penguatan otot dan untuk pencernaan serta jantung,” jelasnya.
Karenanya, dia juga merasa heran jika ada pihak-pihak yang mengatakan air kemasan galon polikarbonat itu bisa membahayakan kesehatan anak.
“Sebab, sampai saat ini, saya tidak pernah menemukan pada pasien-pasien yang yang tangani sakit hanya karena minum air galon. Untuk mengatakan air minum ini berbahaya atau tidak bagi kesehatan itu perlu pembuktian dan itu tidak gampang,” katanya.
Secara umum jumlah kebutuhan cairan anak menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia adalah 800 mililiter (ml) atau sekitar 2–3 gelas untuk anak usia 7–12 bulan; 1,3 liter atau sekitar 5 gelas untuk anak usia 1–3 tahun; 1,7 liter atau sekitar 6–7 gelas untuk anak usia 4–8 tahun; 2,1–2,4 liter atau 8–10 gelas untuk anak usia 9–13 tahun; 2,3–3,3 liter atau sekitar 9–13 gelas untuk anak usia di atas 14 tahun.
Menurutnya, perlu diperhatikan bahwa pada beberapa kondisi, anak memerlukan masukan cairan yang lebih banyak seperti saat olahraga, cuaca yang panas atau sangat dingin, dan saat berpergian jauh.
“Pada kondisi tersebut, perlu dipastikan bahwa anak memiliki akses untuk mengkonsumsi cairan. Karena, anak lebih mudah mengalami dehidrasi dibanding orang dewasa karena memiliki sensibilitas rasa haus yang lebih rendah serta tidak dapat mengekspresikan rasa haus dengan baik,” pungkasnya. (*)