Museum Sejarah Kota Bandung Kembali Dibuka!

JABAR EKSPRES – Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Bandung memutuskan untuk kembali membuka operasional Museum Sejarah Kota Bandung, di Jalan Aceh, pada Sabtu (15/9).

Pembukaan itu pun sekaligus menjadi ajang hadirnya kegiatan Ngobrol di Museum jilid yang ketiga. Kali ini bertemakan “Dekolonisasi Tinggalan Budaya”.

Tentu hal demikian merupakan angin segar, terkhusus bagi warga, wisatawan, maupun Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung. Setelah sebelumnya Museum Sejarah Bandung ditutup akibat pandemi Covid-19.

“Museum sudah kita buka kembali setelah beberapa kita tutup karena pandemi Covid-19,” kata Sekretaris Disbudpar Kota Bandung, Nuzrul Irwan Irawan berdasarkan keterangan resmi yang diterima Jabar Ekspres, Minggu (17/9).

Irwan menambahkan, acara Ngobrol di Museum sengaja digelar pada pembukaan Museum Sejarah Kota Bandung supaya diharapkan kembali ramai dikunjungi.

“Alhamdulillah, pengunjung sudah mulai berdatangan. Bahkan ada juga wisatawan asing yang datang ke sini,” tambahnya.

Adapun dalam kegiatan Ngobrol di Museum jilid 3 yang mengangkat tema “Dekolonialisasi Tinggalan Budaya” itu, menghadirkan dua pembicara mumpuni di bidangnya.

Antara lain menghadirkan dua orang pembicara, yakni Dosen Fakultas Ilmu Budaya, Dr Gani Ahmad Jaelani, S.S., DEA dan perancang museum, Nicolas Aji.

Acara ini cukup mendapat perhatian dari sejumlah kalangan. Bahkan di antaranya merupakan mahasiswa dari luar kota, Ken, seorang mahasiswa S2 program studi Ilmu Sejarah Universitas Indonesia (UI).

Kegiatan tersebut membantu dirinya dalam penyelesaian studi yang tengah dipelajari. “Aku dari UI. Kebetulan ke sini untuk penelitian. Bersyukur museum kembali dibuka,” pungkasnya.

Diresmikan pada tanggal 31 Oktober 2018 oleh Walikota Bandung, Oded M. Danial, museum tersebut merupakan destinasi wisata sekaligus sarana edukasi dan informasi mengenai sejarah Kota Bandung.

Berdasarkan informasi dari Disbudpar Kota Bandung, sebelum didirikan menjadi sebuah museum, bangunan lama itu dulunya merupakan sebuah sekolah taman kanak-kanak “Frobelschool” milik Loge Sint Jan (kelompok Freemansonry) yang didirikan pada tahun 1880-an.

Akan tetapi pada tahun 1950, bangunan tersebut digunakan sebagai tempat sekolah “Yahua” hingga akhirnya diambil alih oleh pemerintahan pada tahun 1960.

Museum Kota Bandung menawarkan konsep museum dengan gaya arsitektur tempo dulu. Area depan museum dihiasi patung tokoh perintis pendidikan kaum wanita yaitu Dewi Sartika dan tokoh pergerakan Sunda, Emma Poeradiredja. Sedangkan di area dalam, pengunjung akan menemukan 2 ruangan.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan