Apresiasi Hasil Inovasi, Presiden Jokowi Tantang IPB University Ambil Peran Hadapi Ancaman Krisis Pangan

Dikesempatan itu Presiden berungkali menekankan terkait krisis pangan yang tengah dihadapi juga oleh negara lain dan bercerita tentang pertemuannya dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy dan Presiden Rusia Vladimir Putin pada pertengahan 2022 lalu.

“Perang Ukraina yang berkepanjangan tidak selesai-selesai. Saat itu, saya ingat, saya bertemu dengan Presiden Zelensky di Kiev, Ukraina, saya diskusi 2,5 jam dengan Zelensky. Beliau menyampaikan di Ukraina itu ada 77 juta ton wheat, gandum yang tidak bisa keluar untuk diekspor, biasanya masuk ke Afrika, ke Asia, 77 juta ton berhenti karena Pelabuhan Odessa diblok oleh Rusia” jelasnya.

“Dari Ukraina, saya ke Rusia, bicara dengan Presiden Putin, 3 jam saya berbicara, akhirnya saya keluar lagi angka. ‘Presiden Jokowi, di Rusia ini ada 130 juta ton gandum berhenti’. Artinya, ada total 207 juta ton gandum berhenti, di Ukraina dan di Rusia,” imbuhnya.

BACA JUGA: Kota Bogor Perlu Ketangguhan Terhadap Potensi Bencana

Akibatnya, negara yang biasa mengimpor gandum dari Ukraina dan Rusia menjadi kesulitan pangan. Sehingga, terjadi kenaikan harga pangan di sejumlah negara.

“Terus kalau berhenti, yang biasanya diekspor makan apa? Itu lah konteks geopolitik yang berhubungan dengan krisis pangan. Di Eropa harga gandum naik, di Afrika harga gandum naik, di Asia gandum naik dan kita semuanya rakyat lah yang dirugikan,” bebernya.

Menurutnya, kesulitan semakin nyata ketika 19 negara mulai membatasi untuk eskpor pangan. Salah satunya India yang menghentikan eskpor beras.

“Ditambah lagi kemudian 19 negara sudah membatasi ekspor pangan, mnyelamatkan rakyatnya sendiri-sendiri. India baru saja setop ekspor beras. Akibatnya, harga beras naik di semua negara, kita mau memperbesar cadangan strategis beras kita, mau impor juga barangnya sulit didapatkan,” lirih Presiden. (YUD)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan