Banjir di Libya Menewaskan 5.300 Orang dan 9.000 Orang Hilang

Kehancuran yang mengejutkan ini tidak hanya menunjukkan intensitas badai tetapi juga kerentanan Libya. Negara ini terpecah belah oleh pemerintahan yang saling bersaing, satu di timur dan satu lagi di barat, yang menyebabkan pengabaian infrastruktur di banyak wilayah. Ahmed Abdalla, salah satu korban selamat yang bergabung dalam upaya pencarian dan penyelamatan, mengatakan mereka menempatkan jenazah di halaman rumah sakit sebelum menguburkannya di kuburan massal di satu-satunya pemakaman utuh di Derna.
“Situasinya tidak dapat digambarkan. Seluruh keluarga tewas dalam bencana ini. “Ada juga beberapa orang yang tersapu laut,” jelas Abdalla melalui telepon.

Derna terletak 250 kilometer (150 mil) sebelah timur Benghazi, tempat bantuan internasional mulai berdatangan pada hari Selasa. Negara tetangga Mesir, Aljazair dan Tunisia, serta Turki, Italia dan Uni Emirat Arab, mengirimkan tim penyelamat dan bantuan. Pemerintah Inggris dan Jerman juga telah mengirimkan bantuan berupa selimut, kantong tidur, kasur, tenda, alat pemurni air, dan generator.

Presiden AS Joe Biden juga mengatakan bahwa AS akan mengirimkan dana ke organisasi kemanusiaan dan berkoordinasi dengan pemerintah Libya dan PBB untuk memberikan dukungan tambahan.

Pihak berwenang memindahkan ratusan jenazah ke kamar mayat di kota-kota tetangga. Pusat medis setempat mengatakan lebih dari 300 orang, termasuk 84 warga Mesir, dibawa ke kamar mayat di kota Tobruk, 169 kilometer sebelah timur Derna. Daftar korban mencerminkan bagaimana Libya, meskipun terjadi kerusuhan, selalu menarik pekerja dari seluruh wilayah berkat industri minyaknya.

Lebih dari 70 orang yang tewas di Derna berasal dari sebuah desa di Mesir selatan, El-Sharif. Pada Rabu pagi, ratusan orang menghadiri pemakaman massal 64 orang di desa tersebut.

Rabei Hanafy mengatakan keluarga besarnya kehilangan 16 orang akibat banjir di Libya tersebut, 12 di antaranya terkubur pada Rabu. Pemakaman empat orang lainnya diadakan di sebuah kota di Delta Nil bagian utara. Di antara mereka yang tewas di Libya adalah keluarga Saleh Sariyeh, seorang warga Palestina dari kamp pengungsi Ein el-Hilweh di Lebanon yang telah tinggal di Derna selama beberapa dekade. Pria berusia 62 tahun, istri dan dua putrinya semuanya tewas ketika rumah mereka di Derna dilalap api, kata keponakannya Mohammed Sariyeh.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan